#39 Negeri Di Atas Awan

315 17 0
                                    

"Darimana kamu tahu aku di sini?" Tanyaku cepat.

He Ra kembali terdiam, "Dari panggilan yang kamu buat. Aku mendengar suaramu menyuruh seseorang untuk kemari."

Aku melotot dan segera menjauhi He Ra, "Kamu bukan He Ra-ssi! Siapapun kamu, jangan macam-macam!"

Aku tidak takut, hanya kaget. Bisa-bisanya makhluk ini mengaku menjadi He Ra.

Satu-satunya makhluk yang bisa menerima panggilan telepatiku hanyalah Se Woo dan makhluk yang ada di depanku bilang dia mendengar panggilanku. Kenapa suasananya jadi horror begini? Siapa dia sebenarnya?!

Tiba-tiba makhluk di depanku tertawa, "Saya di sini untuk menyelamatkan Anda, Nona Muda."

Su... suara ini...

Ia melepas penyamarannya dan aku semakin terkejut saat yang ku lihat adalah... adalah...

Se Woo! Bisa-bisanya dia menipuku?!

"Se Woo, kali ini, ini benar-benar kamu kan?" Tanyaku trauma.

"Ya, Nona Muda. Ini saya."

"Aku tanya padamu! Di mana letak perjanjian kita?"

"Di punggung masing-masing, Nona Muda. Tidak perlu sampai sepanik itu."

Aku menghela napas lega. Se Woo yang di depanku benar-benar asli.

"Mari kita pulang, Nona Muda." Ajak Se Woo dan aku menahannya.

"Se Woo." Ucapku serius, "Meskipun kita pulang sekarang, Para Dewa akan terus mengejarku dan itu akan membuatku gila."

"Jadi satu-satunya cara agar hidup kita kembali damai adalah--"

"--menyatakan diriku tidak bersalah di pengadilan besok."

Se Woo benar-benar terkejut sekarang, "Nona Muda...."

"Se Woo, atas nama Kim Yoo In, perintahku adalah buat aku tidak bersalah di pengadilan besok, bagaimana pun caranya."

Se Woo berlutut dengan 1 kaki, "Tentu, Nona Muda."

***

Aku dibawa sampai di depan sebuah istana. Apakah ini istana milik Yang Mulia Tertinggi?

Kerajaan La Vie Terrestre Dieu adalah kerajaan yang indah menurutku. Meskipun di sekitar sini hanya ada pepohonan yang sangat besar.

Aku dibawa masuk ke dalam sebuah aula besar. Di depanku, ada sebuah kursi kerajaan dan ada orang yang duduk di sana.

Aku dipaksa berlutut. Untung saja tangan atau kakiku tidak diikat.

"Kamu manusia yang mengetahui rahasia Kerajaan La Vie Terrestre Dieu?" Tanya seseorang yang duduk di kursi kerajaan.

"Aku adalah Yang Mulia Tertinggi. Kau kupanggil kesini sebagai pembantu pengkhianat." Lanjutnya.

Dia benar-benar Yang Mulia Tertinggi.
Apakah aku harus menjawabnya?

"Aku membantu pengkhianat?" Balasku.

"Diam kau! Tidak ada perintah untuk kau bicara!" Marah Yang Mulia Tertinggi.
Aku pun diam.

"Di mana Han Se Woo?" Tanyanya.
Aku terdiam.

"Jawab!"

"Sudah ada perintah untuk menjawab, Yang Mulia?"
Tadi aku menjawab salah, tidak menjawab salah.

"Jawab aku!"

"Aku tidak tahu di mana dia." Jawabku, "Rain membawaku pergi begitu saja. Aku tidak sempat pamit padanya."

Yang Mulia terdiam, "Siapa itu Rain?"

Aku mendongakkan kepalaku, "Anda tidak tahu putra anda sendiri?"

"Kau memanggil putraku seperti itu?" Tanya Yang Mulia tidak percaya.

"Dia adalah siswa SMA Yong Sik dan aku sekelas dengannya. Itu artinya, aku dan dia adalah teman kan? Teman sekelas."

"Putraku... bersekolah di dunia manusia?"

"Ya, Yang Mulia."

Yang Mulia memijat kepalanya, "Dia benar-benar...."

Yang Mulia kembali menatapku, "Apa yang kautahu tentang kerajaan kami?"

Nah, ini dia.

"Rain juga tahu apa yang kutahu tentang kerajaan ini."

"Misi utusanku, Weapon of the Gods, pertunangan putraku, nama asli Putri Royale. Itu yang kau tahu?"

Aku tersenyum, "Iya, Yang Mulia. Itu tidak berbahaya kan?"

Yang Mulia tampak berpikir, "Memang tidak berbahaya. Tapi kau tidak kuizinkan untuk kembali ke bumi."

"Saya mohon dengan kerendahan hati Yang Mulia untuk melepasku. Aku punya tanggung jawab besar di Korea Selatan."

"Apa tanggung jawabmu?"

"Tanggung jawabku adalah melindungi dan menghapus pengkhianat yang bertingkah di dunia depan Korea Selatan."

Yang Mulia menatapku, "Gadis sepertimu? Melindungi negara?"

"Ya, Yang Mulia."

"Siapa yang menyuruhmu melindungi negara?"

"Kepala Negara Korea Selatan."

Hening.

"Kepala Negaramu sangat memercayaimu." Ujar Yang Mulia tiba-tiba, "Kau bisa saja berkhianat kalau kau mau kan?"

Aku tersenyum, "Tujuanku kembali ke bumi bukan untuk mengkhianati negara, tetapi untuk melindungi negara."

Yang Mulia tampak berpikir.
"Lepaskan dia."

Hah? Aku dilepaskan secepat ini?

"Aku menghargai tekad dan usahamu untuk melindungi manusia yang kaucintai. Aku berharap kau tidak memberitahu apapun pada manusia lain tentang kerajaan ini."

Aku tersenyum penuh kemenangan, "Tentu, Yang Mulia."

***

Aku dibawa ke sebuah hutan. Kurasa hutan ini adalah gerbang antara kerajaan Para Dewa dengan bumi.

"Kau beruntung telah dilepaskan oleh Yang Mulia Tertinggi." Ucap salah satu pengawal padaku.

"Aku juga bersyukur Yang Mulia mau melepaskan--"
Tiba-tiba pundakku terasa sakit dan semuanya gelap.

***

Aku terbangun dengan kaget dan melihat di sekelilingku.
Ini adalah kamarku. Ya, ini kamarku.

Kulihat Se Woo sedang membuatkan teh untukku. "Bagaimana keadaan Anda?"

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku tidak percaya.

To Be Continued~

Note: Chapter 39 terbit nih. Maafkan cerita ini yang makin absurd T-T
Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 40 ^^

God Only KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang