#33 Terpecahkan

338 16 4
                                    

Foto di atas adalah Hwang Im Sil.

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku dan mendapati diriku di rumah sakit. Aku segera bangkit dari posisi tidur menjadi posisi duduk.

"Se Woo, abaikan perintahku yang sebelumnya dan ke sini sekarang."

Tak lama, Se Woo tiba-tiba muncul dan kaget saat melihatku.

"Nona Muda, apa yang Anda lakukan?! Saya cemas sepanjang hari dan saya tidak bisa keluar rumah!"
Baru juga datang dan aku baru sadar sudah kena omelan.

"Berhentilah bicara, Se Woo. Aku baik-baik saja."

"Anda menggunakan Water Fold?" Tanya Se Woo dengan nada menyelidik.

"Nggak. Aku nggak mau membuang-buang tenaga hanya untuk menangkap Dewa yang nggak bisa apa-apa." Aku pun turun dari bangsal.

"Lalu kenapa Nona Muda bisa di rumah sakit?"

"Aku juga nggak tau. Berhentilah bertanya dan aku ingin pulang." Aku berjalan mendahului Se Woo.

"Aku ingin bertemu Han Na-ssi dan yang lainnya." Ucapku.

"Saya akan mencari mereka." Se Woo menghilang.

Aku bersenderan pada tembok. Kenapa badanku begitu lemah padahal aku tidak menggunakan Water Fold? Apa ini batasanku... untuk menggunakan Hydrokinesis?

"Nona Muda, saya sudah menemukan ruang rawat mereka." Suara Se Woo mengejutkanku. Aku mengangguk dan mengikuti Se Woo.

"Nona Muda." Panggil Se Woo dan terdiam.

Aku menoleh, "Apa?"

"Hentikan." Ucap Se Woo pelan.

Aku menaikkan alisku sebelah, "Hentikan apa?"

"--Hydrokinesis sudah sampai batasnya."

Aku terdiam, "Bukan masalah besar kok."

"Apanya yang bukan masalah besar?! Jika Nona Muda terus menggunakannya--"

"Hentikan, Se Woo! Jangan ribut di rumah sakit." Selaku cepat. Aku tidak ingin Se Woo membicarakan 'itu' sekarang. Se Woo akhirnya diam.

Kami akhirnya sampai di depan kamar bernomor 028.

"Mereka bertiga di sini?"

"Ya, Nona Muda."

Aku pun membuka pintu dan mendapati Han Na, So Eun, dan Im Sil yang sedang tidur.

"Mereka baik-baik saja. Aku tahu." Ujarku dan segera pergi.

"Yoo In." Suara perempuan mengagetkanku dan ternyata itu Im Sil. Aku hanya terdiam dan menatap Im Sil.

"Kamu akan pulang?" Tanya Im Sil lemah dan aku mengangguk.

"Oohh." Balas Im Sil, "Yoo In, kamu membenciku dan So Eun, tapi kenapa kamu menyelamatkan kami?"

Aku terdiam, tapi aku segera menepisnya, "Aku sudah bilang, tugasku adalah melindungi dunia depan Korea Selatan. Bukan melindungi teman-temanku."

Im Sil terdiam, "Kamu punya pekerjaan?"

Aku tersenyum lemah, "Ya. Tapi kamu nggak perlu tahu apa. Yang pasti tanggung jawabku bukan hanya kalian, tapi seluruh warga negara Korea Selatan." Ucapku lemah, "Tanggung jawab yang besar sekali kan?"

Im Sil terdiam, "Apapun pekerjaanmu itu, itu pasti sangat mulia."

Aku tersenyum, "Semoga saja."

***

Aku telah sampai di sekolah dan membuka pintu kelas. Kedatanganku telah disambut oleh He Ra.

"Yoo In! Kamu baik-baik saja kan?!" Tanya He Ra terdengar panik.

"Memangnya ada apa?"

"Kamu nggak tahu? Di TV sudah heboh. Katanya pelaku kasus Three Nails Killer sudah ditangkap. Ada fotomu, Han Na, So Eun, dan Im Sil di TV. Memang diblur sih, tapi aku langsung tahu itu kalian."

Aku terdiam, "Memangnya di TV bilang apa?"

"Di TV bilang kalau ada 4 siswi SMA Yong Sik yang diculik oleh pelaku. Katanya pelaku dendam pada Han Na." Cerita He Ra cukup panjang dan aku terdiam.

Kulihat Rain yang menatapku begitu tajam. Kelihatannya hari ini aku harus berhadapan dengan Rain dan Hae Eun.

"Yoo In! Kamu baik-baik saja kan?!" Tanya He Ra sekali lagi.

Aku menghela napas, "Kalau aku nggak baik-baik saja, aku nggak akan ada di sini."

He Ra nyengir, "Jangan dingin begitu dong. Sebagai sahabat, aku khawatir padamu."

Aku kembali terdiam, "Kamu masih menganggapku saha--"
He Ra meletakkan jari telunjuknya di depan bibirku. Menyuruhku untuk diam.

"Aku sudah pernah bilang kan? Jangan bicara seperti itu lagi padaku." He Ra menatapku serius dan menarik kembali telunjuknya dari bibirku.

Aku pun duduk di bangkuku dan tak lama Se Woo seonsaengnim datang dan segera memulai pelajaran.

***

Pulang sekolah, aku buru-buru menuju ruang wakasek sebelum aku ditahan Rain atau Hae Eun. Meskipun mereka bilang jangan ikut campur, tapi tetap saja ini menyangkut urusan dunia depan Korea Selatan.

"Kim Yoo In."
Suara ini, ya, aku sudah dipergoki ingin kabur oleh Hae Eun di lorong lantai 2 yang telah kosong.

Aku menoleh dan menunjukkan senyum palsuku, "Hai. Ada urusan apa, Hae Eun-ssi?" Tanyaku sok tidak tahu apa-apa.

"Atau sebaiknya aku memanggilmu Yang Mulia Putri La Mort De La Fille Royale?" Pancingku dengan nada menyebalkan. Hae Eun menatapku lebih tajam dari pisau.

"Yang Mulia Le Souverain Du Royaume sudah memperingatkanmu untuk tidak ikut campur dan kau melanggarnya?!"

Aku terdiam kemudian tersenyum, "Ini berhubungan dengan dunia depan Korea Selatan. Aku juga sudah pernah bilang untuk nggak mencampur urusan dunia depan dengan dunia belakang!"

"Aku dengar dari Jin Se kalau kau tahu misi kami di sini." Ucap Hae Eun tajam.

Aku menatap Hae Eun, "Enggak kok. Kenapa Kim Jin Se bisa bilang begitu ya?"

Tiba-tiba sesuatu akan menebasku. Untung aku bisa menghindarinya.

Aku menatap Hae Eun, "Kau mengeluarkan sabit itu lagi?"

Hae Eun menatapku datar, "Menyerahlah. Kau harus ikut denganku."

To Be Continued~

Note: Chapter 33 terbit nih.
Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 34 ^^

God Only KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang