#34 Han Se Woo

320 22 0
                                    

Aku tersenyum miring, "Aku-nggak-akan-pernah-mau ikut denganmu."

Hae Eun menebas sabitnya sekali lagi dan aku menghindarinya.

"Aku belum melaporkan kasus ini pada Presiden Lee. Bisakah kau nggak menggangguku?"

Hae Eun menatapku datar, "Aku tidak peduli. Perintah Yang Mulia Le Souverain Du Royaume adalah mutlak."

Berkali-kali Hae Eun mengayunkan sabitnya dan berkali-kali juga aku menghindarinya. Ya ampun, mereka benar-benar serius ingin membawaku?

Tiba-tiba Hae Eun ingin menebasku dari arah depan dan refleks aku menggunakan es untuk menghalangi ayunan sabit yang ingin menebasku.
Aku terjatuh dan es yang menghalangiku mencair.

Hae Eun melingkarkan sabitnya ke leherku. Apakah aku sudah kalah?
Kondisi tubuhku belum baik dan Hae Eun sudah menyerangku.

"Ikut aku, Kim Yoo In. Jangan memberontak lagi."

Bagaimana caranya kabur dari situasi ini?

"Se Woo, kemarilah." Ucapku pelan dan aku memejamkan mataku.

TRANG!
Terdengar suara logam yang berbenturan dengan lantai keramik.
Aku membuka mataku dan Se Woo telah ada di depanku.

"Kang Hae Eun, Anda melanggarnya lagi?!"

Hae Eun menatap Se Woo tajam, "Berhentilah ikut campur, Han Se Woo!"

Aku pun bangkit, "Se Woo, atas nama Kim Yoo In, perintahku adalah buka segel kekuatanmu."

Se Woo tersenyum, "Tentu, Nona Muda."

Warna mata Se Woo yang tadinya hitam berubah menjadi biru tua yang tajam. Hae Eun terbelalak melihat Se Woo.

"Sial!" Umpat Hae Eun kesal.

"Nona Kang, lihatlah aku dan diam." Seketika Hae Eun menjadi diam.

"Kemarilah."
Hae Eun pun berjalan pelan menuju Se Woo.

Hening.

"Pergi."

Seketika Hae Eun terlempar ke tengah lapangan dan aku kaget.
"Se Woo, bukannya itu terlalu kejam?" Ujarku.

"Dia ingin melukai Nona Muda dengan sabit konyolnya. Apakah Nona Muda memaafkannya begitu saja?"

"Weapon of the Gods. Menurutku itu keren." Ujarku asal sambil melihat Hae Eun bangkit.

Seketika Hae Eun melompat dari lapangan menuju lantai 2 dan hendak menebaskan sabitnya kembali ke arahku.

"Berhenti!"
Seketika Hae Eun berhenti dan melayang di udara. Keren sekali.

"Beritahu pada tunanganmu yang tidak mencintaimu itu, jangan coba-coba mendekati Nona Muda."

"Kau boleh... menghinaku. Tapi tidak dengan Yang Mulia Le Souverain Du Royaume. Apalagi dengan mengatakan dia tidak... mencintaiku." Ucap Hae Eun terputus-putus.

Se Woo tertawa, "Jadi ini cinta bertepuk sebelah tangan? Aku turut berduka." Se Woo kembali menatap Hae Eun.

"Apa yang kautunggu? Pergi dan beritahu pada tunanganmu!"
Hae Eun kembali terlempar ke tengah lapangan. Untung saja sekolah sudah kosong.

"Cukup, Se Woo. Kita pulang dan langsung menemui Presiden." Aku pun turun ke bawah diikuti Se Woo.

Di ujung tangga, Rain telah menungguku.
"Ada apa?" Tanyaku.

"Kau!" Rain mengepalkan tangannya erat, "Kau pikir aku tidak melihat apa yang kau lakukan pada Hae Eun?!"

Aku terdiam, "Kenapa? Omongan Se Woo ternyata benar? Kau benar-benar nggak mencintainya?"

Rain menatapku tajam, "Aku mencintainya atau tidak, itu bukan urusanmu."

Aku menatap Rain datar, "Baiklah. Anggap saja omongan Se Woo itu salah. Aku ada urusan." Aku melewati Rain dengan santai.

"Setelah kau menyelesaikan laporanmu, jangan harap kau bisa menghindar dari kami." Ujar Rain pelan, tapi aku masih bisa mendengarnya.

Aku tidak memedulikannya dan segera pergi menemui Presiden Lee.

***

"Kau baik-baik saja?"
Itu yang ditanyakan pertama kali oleh Presiden Lee setelah aku melaporkan detail kasus Three Nails Killer.

"Awalnya saya tidak baik, tapi sekarang sudah membaik kok."

Presiden Lee terlihat sedikit terkejut, "Pelaku melukaimu?"

"Tidak. Saya hanya berlebihan menggunakan kekuatan saya." Jawabku cepat.

Presiden Lee menghela napas lega, "Hati-hati, Yoo In. Kekuatanmu itu tidak abadi kan?"

Aku tersenyum, "Memang tidak. Kekuatan itu akan hilang semakin aku menggunakannya." Jawabku.

"Bersama pemiliknya."

***

Akhirnya aku kembali ke dalam dunia yang damai. Kasus ini sudah selesai dan Rain akan membawaku, bagaimana pun caranya.

Tok.. Tok..

"Masuk!" Se Woo pun masuk dan meletakkan secangkir teh dan sebungkus pocky.

"Bagaimana laporannya?" Tanya Se Woo.

"Lancar, tentu saja." Jawabku.

Hening.

"Nona Muda." Panggil Se Woo dan terdiam.

"Apa?" Sahutku.

"Jangan lagi menggunakan Hydrokinesis." Ucap Se Woo serius.

Aku terdiam, tapi aku segera menyela. "Kau nggak punya hak untuk memerintahku."

"Ini... demi kebaikan Nona Muda."

"Demi kebaikanku atau kebaikanmu?" Tanyaku menjebak.

"Aku bisa mengerti manusia yang menginginkan kekuatan lebih besar dari manusia biasa dan itu adalah kau." Ucapku pedas, "Memangnya karena kita punya perjanjian, kau berhak memerintahku?"

Se Woo terdiam, "Maafkan saya, Nona Muda. Saya tidak akan melarang Anda lagi."

Memoriku berputar kembali pada hari itu. Saat aku bertemu Se Woo, setahun yang lalu.

Flashback on
Author POV

Sesosok manusia tengah berkeliaran di sebuah hutan yang berkabut. Seperti kehilangan akal, dia menerobos semua rumput dan tumbuhan yang berduri sekali pun, membuat tubuhnya penuh goresan.

"Aku sampai di Kerajaan La Vie Terrestre Dieu." Ujarnya dan ternyata manusia tersebut adalah Han Se Woo.

To Be Continued~

Note: Chapter 34 terbit nih.
Masa lalu Se Woo pas ketemu Yoo In akan terungkap.
Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 35 ^^

God Only KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang