"Iya Papi ku sayang, nanti aku pulang sendiri nggak pa-pa," ucap seorang gadis di samping sedan putih yang berhenti di depan gerbang SMA PERSADA NUSANTARA.
Gadis itu berjalan memasuki gerbang sekolah, diliriknya jam yang melilit pergelangan tangannya.
Masih pagi banget.
Angin pagi berembus, menerbangkan helaian rambutnya yang ia gerai pagi ini.
Brukk-
Gadis itu terhuyung namun dengan cepat sebuah tangan menggenggam tangannya diiringi permintaan maaf dari satu suara bariton. Gadis itu mengerjapkan mata dan menatap cowok yang menggenggam tangannya. Sepersekian detik ia terpaku pada mata cowok itu.
"Sorry ya gue nggak lihat tadi," ucap cowok itu setelah melepaskan tangannya.
"Its okay," jawab gadis itu lalu melangkah pergi di iringi tatapan dari cowok itu.
×
Gadis itu memasuki kelasnya, beberapa orang yang ada di dalam sibuk dengan buku serta pulpen.
"Pagi!" sapanya yang hanya dijawab anggukan. Gadis itu menaruh tasnya di kursi dan melangkah menuju salah satu bangku.
"Tumben dateng pagi lo Raf, ngerjain PR lagi," ucap gadis itu dan duduk di hadapan cowok yang dipanggil Rafa itu.
"Nyalin lebih tepatnya," jawab Rafa yang memunculkan tawa gadis itu, "Kalo bukan mapelnya Macan ogah gue dateng pagi buat nyontek," lanjut Rafa lagi.
"Untung gue udah," cewek itu bergerak untuk menguncir rambutnya.
"Lo mah rajin Dib," timpal Rafa yang kini mendongakan kepala menatap cewek itu, "Nggak usah dikuncir Diba, lo cantik tau kalo di gerai."
Cewek yang dipanggil Diba itu mendengus. "Cih, gombalan lo nggak mempan."
"Nggak gombal, Dib, emang lo cantik."
"Masa?"
"Bodo Dib, udah sono lo pergi ganggu konsentrasi tau nggak," kata Rafa melanjutkan kegiatan menyalinnya.
"Sialan." Diba kemudian beranjak dari duduknya dengan satu tangan mengacak jambul kebanggaan Rafa yang langsung diiringi umpatan dari sang empunya jambul.
Belum beberapa detik Diba duduk, pintu kelas terbuka kasar dan diikuti suara ribut yang membuat seisi kelas menatap pintu.
"PR GUE ADA YANG BELUM! GUE NYONTEK WOY!" sesosok gadis dengan tas jansport pink, jam tangan dan kunciran dengan warna senada muncul kemudian, membuat seisi kelas langsung mendecak. Cewek itu melangkah menuju tempat Diba duduk.
"Dibdib gue lihat PR fisika dums," ujar cewek itu mendudukan pantatnya di kursi samping Diba.
Diba membuka tasnya dan menyerahkan buku pada gadis itu.
"Makasih Diba sayang," ucap gadis itu yang langsung dijawab 'ew' oleh seisi kelas.
"Kenapa sih? Sirik aja. Pengen gue panggil sayang juga?"
Kata 'ew' kembali terdengar.
Diba terkekeh geli, "Udah Ta, kerjain buru udah jam segini."
Cewek yang dipanggil 'Ta' itu melirik jam tangan pinknya dan melotot. "Yaampun! Mampus! Ah gara-gara si Rafli somplak nih sialan banget emang! Nggak mau lagi gue bareng dia."
Diba hanya menggelengkan kepala dan meraih ponsel di sakunya, jarinya bergulir membuka instagram dan mulai berjelajah, jarinya berhenti pada sebuah akun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Again
Teen FictionSekali lagi aku mencoba untuk percaya dan sekali lagi aku harus kecewa. Once Again Elok Puspa | 2016-2017 Credit photo from Pinterest