Bagian 28 titik 1

3.7K 213 20
                                    

Bisa diputer medianya biar berasa feelsnya kalo nggak juga nggak pa-pa

Happy reading!

×

Flashback

Langkah kaki Diba menyusuri koridor di sekolahnya, hari ini hari sabtu, hari dimana hanya ada kegiatan ekstrakulikuler.

Hari ini juga sangat penting bagi dirinya, karena hari ini akan diselenggarakan audisi untuk tim inti paduan suara sekolahnya.

Diba dari dulu sangat ingin menjadi anggota paduan suara yang bernyanyi dalam berbagai lomba. Terlihat keren dan anggun.

Langkahnya berhenti di dekat toilet yang tak jauh dari ruang latihan.

"Mending lo mundur aja dari pada sakit hati nanti pas nggak diterima."

Diba menajamkan pendengarannya.

"Kenapa?" tanya suara yang lain.

Sepertinya yang berada di dalam toilet lebih dari dua orang, karena setelahnya Diba mendengar suara yang berbeda.

"Ya karena emang lo nggak pantes."

"K-kok gitu?"

"Yaiyalah, emang senior mau majang lo yang cupu gini? Mimpi aja lo!"

"Ta-tapi ini kan paduan suara yang dilihat bukan penampilan."

"Kata siapa? Emang lo pernah lihat anak padus yang cupu? Nggak kan!?"

Kemudian hening, tak ada suara.

Diba baru akan meninggalkan tempatnya berdiri namun pekikan dari dalam toilet terdengar dilanjutkan suara guyuran air yang menghantam lantai.

"Rasain lo!"

Suara tawa terdengar setelahnya.

Diba tak dapat menebak apa yang terjadi di dalam.

"Biarin aja, ntar sore baru kita keluarin."

"Kalo nggak gitu bisa-bisa kita nggak masuk tim inti gara-gara dia."

Diba yang mendengar suara mendekat langsung memasang earphone pada telinga kanannya.

Tepat saat pintu toilet terbuka beberapa orang keluar dari dalam dan bersitatap dengannya.

"Eh Diba!"

Diba berhenti menatap Cantika. Oh, dia lagi yang berulah.

Di samping kanan kirinya ada dua orang gadis yang berpenampilan tak jauh dari Cantika. Bisa dipastikan mereka adalah dayang Cantika.

"Hai, audisinya udah mulai belum?" tanyanya sekedar basa-basi karena ia ingat dengan pasti audisi akan diselenggarakan setengah jam lagi.

Cantika menggeleng dan tersenyum palsu padanya. Diba tau itu, karena mata Cantika menelisik menilainya. Diba hanya tersenyum tipis dan balik menatap Cantika tanpa rasa takut.

"Oh gitu, gue mau ke toilet dulu deh."

"E-eh! eh, Dib, toilet paling ujung lagi rusak jangan dibuka," ucap Dea salah satu dayang Cantika saat ia membuka pintu toilet.

Diba mengangguk. "Oke. Makasih ya udah diingetin."

Lalu ia melenggang masuk ke dalam toilet dan langsung berdecak melihat keadaan toilet yang sangat becek dengan air menggenang dimana-mana.

Once Again Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang