Bagian 24

3.5K 242 62
                                    

Saat ini Daffa sedang berada di teras rumah Dita.

"Yaudah gue pulang ya," pamit Daffa pada Dita yang mengamatinya memakai sepatu.

"Iya, hati-hati ya Bi, makasih banyak."

Daffa mengangguk lantas menaiki motor matik yang jika ia pikir lucu juga.

Ponselnya berdenting, Daffa membatalkan niatnya memutar kunci dan beralih pada ponselnya.

Faisal Aditama
Gue gatau apa yg terjadi sama lo dan cewek lo, tapi gue mau ngasih tau aja dia masih ada di sekolah sekarang.

Mata Daffa terpejam lantas ia mendesis gusar, menyadari bahwa ia meninggalkan Diba dan ia lupa memberitahunya.

Dita yang menyadari perubahan ekspresi Daffa langsung bertanya. "Kenapa Bi?"

Daffa menoleh cepat dan menggeleng. "Nggak, gue pulang ya."

Dita mengangguk, tak lama Daffa melesat dengan motornya.

×

"Thanks ya, Ki, ini duit bensin, gue nggak sempet beliin tadi."

"Ck lo Daf, kayak sama siapa aja sih, kaku amat."

"Nggak Ki, terima ya, gue makasih banget udah dibantuin, gue jalan sekarang."

Eki menerima uang bensin pemberian Daffa lantas menatap Daffa ragu.

"Gue liat cewek lo tadi, sebelum gue pulang."

Daffa yang baru saja akan menyalakan mobil langsung menoleh. "Dimana?"

"Di kantin dua belas, nggak begitu lama setelah lo pergi."

Rasanya Daffa ingin memaki dirinya sendiri sekarang.

Brengsek lo Daf! Brengsek!

Melihat Daffa yang hanya diam Eki kembali berbicara.

"Yang namanya cewek Daf, hatinya susah dibaca, goodluck bro!"

Daffa mengangguk dan langsung tancap gas menyusul Diba di sekolah.

×

Daffa Hakim
Dia dimana?

Faisal Aditama
Di lapangan basket

Daffa Hakim
Lo masih di sekolah?

Faisal Aditama
Ga, gue udh di telp mak disuruh pulang

Selesai membaca chat dari Faisal, ia langsung bergegas menuju lapangan basket. Ia melirik jam di pergelangan tangan. Jam tujuh kurang lima belas menit, Diba masih di sini sejak setengah empat tadi.

Goblok!

Sekolah masih lumayan ramai, terdengar suara keprak dari arah mushola.

Daffa menaiki tangga cepat. Ia berhenti di anak tangga teratas, mengatur detak jantungnya yang berdetak cepat serta menghembuskan nafas gusar.

Daffa berjalan perlahan tanpa suara. Di sanalah dia. Berdiri membelakanginya, berusaha melempar bola ke dalam ring namun gagal. Daffa merasa sesak di dadanya, ia memaki dirinya lagi. Hatinya mencelos saat Diba bersuara.

"Udah selesai urusannya, Daf?"

Diba bertanya tanpa menoleh ke arah Daffa.

Suara benturan papan ring dan bola basket mengisi keheningan di antara mereka berdua.

Once Again Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang