Epilog

4.7K 287 108
                                    

Daffa berjalan memasuki dapur rumahnya, membuka kulkas dan mengambil sebotol air mineral dari sana.

Matanya menatap sang mama yang sedang berdiri dengan banyak tempat makan dan minum di atas meja.

Daffa menuang air mineral pada gelas kosong di atas meja dan menyandarkan tubuhnya pada konter dapur.

"Bang, ini punya siapa?"

Daffa menatap sang mama yang menunjukan tempat bekal berwarna biru. Gerakan Daffa sontak terhenti. Matanya redup menatap benda di tangan mamanya.

"Punya Diba," jawabnya pelan setelah menurunkan gelas.

Mamanya mengangguk. Meletakkan kotak bekal itu di tempat terpisah. "Nggak kamu balikin?"

"Gimana?"

"Ya tinggal balikin aja, bilang makasih kek, masa gitu aja harus Mama ajarin."

Daffa mendecak pelan. "Aku udah nggak kelihatan di mata dia, Ma."

Mamanya berbalik. Menatapnya lurus-lurus dengan pandangan iba.

"Sebenci itu dia sama kamu?"

Daffa cuma bisa mengangguk, karena kenyataannya memang begitu. Ia benar-benar kasat mata di hadapan Diba. Beberapa kali mereka berpapasan bahkan pernah berdiri di jarak yang begitu dekat tapi cewek itu mengacuhkannya seolah ia tak ada di sana.

"Kamu juga sih yang salah, Mama pun bakal ngelakuin hal yang sama."

Perkataan mamanya itu kembali membuat hati Daffa nyeri. Ia paham betul ini semua salahnya dan ia memang layak, tapi menerima kenyataan bahwa Diba membencinya itu sangat sulit.

"Iya, emang harusnya gitu," ucap Daffa menundukan kepala, menatap lantai rumahnya dengan sendu.

Beban rindu dan perasaan bersalah itu begitu besar. Membuatnya kadang ingin sekali saja bisa menyentuh Diba lagi.

Satu tangan menepuk pundaknya pelan. Kepala Daffa mendongak dan ia mendapati mamanya tersenyum tipis.

"Jangan disesali apa yang udah terjadi, jadiin ini pelajaran buat kamu."

Daffa mengangguk. Bibirnya terkatup rapat.

"Hati dan kepercayaan itu dua hal penting yang dimiliki manusia, sekali hancur butuh waktu lama buat kembali utuh lagi."

"Iya, Ma, aku tau."

Mamanya mengulas senyum. "Mama pengen kamu lebih bijak ke depannya, kesalahan itu bikin kamu lebih baik lagi."

Daffa akhirnya tersenyum. Mamanya ini wanita paling berharga di hidupnya. Seseorang yang akan tetap menyayanginya walaupun ia telah melakukan kesalahan, sebesar apa pun itu.

"Udah cari pacar lagi sana, enek lihat kamu di rumah terus."

Dan mamanya tetap saja mamanya, yang selalu hobi meledeknya.

×

Diba menatap sekelilingnya dengan senyum.

Hari ini adalah hari perayaan kelulusan ala sekolahnya. Upacara terakhir dengan seragam abu-abu walaupun bukan hari senin, setelah itu dilanjut dengan pengumpulan barang sumbangan untuk yayasan sekolah dan terakhir adalah acara saling menandatangani seragam. Seragamnya pun sudah banyak berisi tanda tangan.

Tiga tahun yang sekarang cuma tinggal kenangan belaka. Banyak hal yang sudah ia lewati. Menjadi seorang ketua eskul paduan suara lagi, hidupnya yang semula tenang jadi serba dilihat karena seseorang, kembali merasakan rasanya bahagia dengan cara sederhana, mulai percaya dan peduli pada seorang cowok, lalu harus kembali merasakan kekecewaan.

Once Again Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang