"Congratulations Diba sayang," bisik seseorang di telinganya yang membuat ia bergidik, dengan cepat Diba membalik badan dan mendelik ke arah Daffa yang cengengesan. Seketika emosinya naik, kekesalannya pada Daffa memuncak.
"Gue tuh udah nungguin lo dari tadi tau nggak?"
Daffa menyadari suara Diba yang berubah.
"Gue tuh capek Daffa, pengen tidur." Diba menatap Daffa dingin namun Daffa tau cewek itu hanya menutupi suaranya yang mulai goyah.
"Lo kalo nggak niat jemput mending nggak usah bilang mau jemput."
Daffa maju selangkah. "Maaf."
Diba mendecak. "Lo tuh buang-buang waktu gue doang!"
"Yuk pulang." Daffa menggunakan intonasi serendah mungkin, tangannya terulur untuk meraih ransel Diba yang langsung ditepis.
"Nggak usah. Gue bisa sendiri."
Daffa mengangguk paham, digandengnya tangan Diba dan berjalan menuju mobilnya.
Dapat dirasakannya tangan Diba dingin, ia menoleh wajah cewek itu juga memucat.
"Lo nggak pa-pa, Dib?"
"Nggak pa-pa."
Saat Daffa membuka pintu mobil untuk Diba, cewek itu menolak dan memilih duduk di belakang. Daffa menghela nafas antara kesal dan khawatir.
"Nih minum dulu." Daffa mengangsurkan botol air mineral pada Diba yang menatap jendela dengan pandangan datar.
Seusai Diba meminum air mineralnya cewek itu menutup matanya.
Daffa mendesah. Ia tak seharusnya bercanda di saat Diba lelah, sebenarnya ia sudah ada di sana sejak tadi namun melihat Diba dihampiri gerombolan Nadia ia memutuskan tetap di sana apalagi saat mereka menyebut namanya.
Daffa menatap Diba sekali lagi dan melajukan mobil di detik berikutnya.
×
Diba mengerjapkan mata beberapa kali, mencoba beradaptasi dengan cahaya di kamarnya. Setelahnya ia duduk, seragam VPNnya masih lengkap. Jam menunjukan pukul setengah 7 malam bergegas ia masuk kamar mandi.
Diba menuruni tangga, mami papinya sedang bersantai di depan TV.
"By udah mandi?" suara papinya menghentikan langkahnya menuju dapur.
"Udah, aku laper nih."
Sang mami menghampirinya. "Duduk aja sama Papi ya sayang, Mami ambilin."
Satu kecupan mampir di dahinya. Diba berjalan gontai ke arah sang papi.
"Capek ya?" tanya papinya saat ia menjatuhkan kepala di pundak sang papi.
"Hmmm."
"Papi bangga banget sama kamu, maafin Papi sama Mami ya tadi nggak dateng."
Diba mengangguk dalam diam.
"Makasih udah jadi kebanggaannya papi sama mami," kecupan dari sang papi malah mengingatkannya pada Daffa.
"Tadi aku pulang sama siapa, Pi?"
"Sama Daffa kan? Katanya dia udah nelpon Mami kamu buat ijin."
Diba mengernyitkan dahi. Ijin apaan?
"Kenapa?" Maminya datang membawa semangkuk sup jagung dan nasi beserta jeruk, air putih, dan vitamin.
"Mau disuapin atau makan sendiri?"
![](https://img.wattpad.com/cover/66432735-288-k554693.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Again
Fiksi RemajaSekali lagi aku mencoba untuk percaya dan sekali lagi aku harus kecewa. Once Again Elok Puspa | 2016-2017 Credit photo from Pinterest