Diba berdiri di koridor aula, menatap ke arah lapangan tengah yang berisi cowok-cowok sebelas IPS satu dengan seragam olahraga. Matanya terfokus pada Daffa yang tertawa bersama teman-temannya.
Fakta bahwa cowok itu telah membohonginya masih membuatnya tak percaya. Selama ini ia merasa Daffa tulus walaupun ia sendiri masih ragu dan bahkan terkadang ia masih berharap semua informasi itu hanya bualan belaka.
Diba bingung harus bagaimana. Di satu sisi ia ingin menunggu Daffa jujur padanya karena ia percaya cowok itu tulus, tapi perkataan Yola ada benarnya juga, Daffa sudah membohonginya dan tak mungkin cowok itu jujur.
Ia mengehembuskan napas saat melihat Daffa berbalik menatapnya karena beberapa teman cowok itu menunjuk dirinya.
Segera, ia harus meluruskan masalah ini, agar hubungan ini tidak berjalan dengan ketidakpercayaan. Minggu ini akan ia berencana mengajak Daffa untuk pergi berdua, ke salah satu Festival Musik yang diadakan di tepi kota.
"Hai." Daffa sudah berada di depannya dengan senyuman lebar.
Daffa tetaplah Daffa yang selalu mempesona dalam keadaan apapun, dengan rambut acak-acakan dan keringat yang membasahi badan, Daffa tetap terlihat tampan.
"Nih." Diba mengulurkan aqua botol berukuran sedang pada Daffa.
Daffa menerima botol aqua itu dengan senyuman lebar di wajahnya. "Makasih," ucapnya lantas meneguk air dari botol tersebut hingga tersisa setengah.
"Ada apa?" tanya Daffa setelah menutup botol aqua. Tangannya menarik Diba untuk duduk di bangku panjang koridor.
"Lurusin kakinya," ucap Diba melirik kaki Daffa yang tertekuk.
Daffa kembali mengumbar senyum, kakinya langsung ia luruskan sesuai perintah Diba. Perhatian kecil dari Diba yang seperti ini tanpa sadar membuatnya jatuh cinta.
"Minggu gue mau ngajak lo jalan, bisa nggak?"
Mata Daffa terbelalak, ini pertama kalinya Diba mengajaknya kencan!
"Minggu ini?"
Diba mengangguk. "Lo udah ada janji ya?"
Daffa diam tak menjawab, minggu ini ia memang sudah ada janji dengan teman segenknya saat SMP, tapi jarang-jarang Diba mengajaknya pergi seperti ini.
"Kalo lo ada janji ya nggak pa-pa."
Ucapan Diba sontak membuat Daffa langsung menoleh. "Nggak kok, nggak ada."
"Bohong."
"Beneran."
Diba tetap menggeleng. "Nggak pa-pa kalo nggak bisa, minggu depannya lagi aja."
"Nggak Dib, serius deh bisa kok gue bisa."
"Nggak Daffa, minggu depan aja ya."
Diba tidak ingin jika keinginannya ini akan menganggu Daffa, biarlah ia menunggu seminggu lagi.
Daffa memandang Diba ragu. "Nggak pa-pa nih?"
Diba mengangguk. "Santai aja Daffa, dunia lo kan bukan cuma gue."
Daffa lantas tersenyum mendengar kata-kata Diba, betapa beruntungnya ia memiliki pacar yang sangat pengertian seperti ini.
Daffa meletakkan tangannya di puncak kepala Diba. "Lucky to have you in my life," ucap Daffa setulus hati pada Diba.
Sedetik Diba tertegun karena kata-kata Daffa namun ia tersadar.
Heh, dia udah bohong sama lo dan lo masih sempet terpesona sama dia?! Hell! Bring back my Diba!. Ujar satu suara di otaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Again
Ficção AdolescenteSekali lagi aku mencoba untuk percaya dan sekali lagi aku harus kecewa. Once Again Elok Puspa | 2016-2017 Credit photo from Pinterest