Bagian 38

4.3K 295 65
                                    

adibahumaira : now or never

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

adibahumaira : now or never

talitafhrn : wtf?!
intanzn : serius lo dib?!
yolanas : WTF DIBA?! TELL ME THATS NOT YOU!

Diba menutup aplikasi instagramnya yang mulai dipenuhi komentar-komentar tak percaya.

Tangannya menyentuh rambutnya yang kini sudah tidak lagi panjang. Rasa tak nyaman masih ia rasakan tapi ia harus menahan diri agar tak menyesal ataupun menangis.

Saat keluar dari salon tadi pun mati-matian ia menahan tangisnya karena kehilangan rambut kesayangannya. Ini hal baru baginya, karena seumur hidupnya tak pernah ia memotong rambutnya sependek ini.

Saat pulang tadi bahkan mami papinya menatapnya tak percaya dan terus bertanya apakah ia baik-baik saja yang hanya ia angguki.

Tangisnya pecah ketika sang mami menghampirinya yang duduk di pinggir kasur. Maminya tak mengatakan apa-apa, hanya duduk di sampingnya dan mengelus rambut pendeknya.

Tanpa bisa di tahan lagi, air matanya langsung keluar dan isakan lolos dari bibirnya. Ia menangisi rambutnya yang setia ia rawat sejak dulu, tak pernah sekalipun ia memangkas sependek ini. Rambut panjangnya yang selalu bisa menyembunyikan raut sedihnya, rambut panjangnya yang mampu membuatnya merasa nyaman, rambut yang kini sudah ia tinggalkan.

Sebut saja ia berlebihan tapi ia benar-benar menyayangi mahkotanya itu.

Diba sudah yakin akan keputusannya tapi tetap saja rasa sesak di hatinya tetap ada. Kehilangan sesuatu yang selalu di jaga dan berharga itu tidak pernah mudah, sekecil apapun itu.

"Mami bangga sama kamu, walaupun Mami nggak tau kenapa kamu kayak gini tapi Mami bangga, kamu berani keluar dari zona nyaman kamu."

Ucapan Maminya tadi terus terngiang di kepalanya.

Nggak perlu ditangisin, yang perlu lo lakuin sekarang adalah berani.

Ucapnya pada dirinya sendiri di hadapan cermin besar di kamarnya.

Ia menyentuh rambutnya sekali lagi, jika seperti ini tidak akan ada lagi kemiripan dengan Dita dan tak ada lagi bayang-bayang Daffa.

Diba langsung menoleh ke arah meja belajar ketika ponselnya berdering nyaring.

"Halo?"

"SUMPAH DEMI APAPUN LO HARUS BILANG YANG DI IG ITU BUKAN LO! SUMPAH SUMPAH SUMPAH!"

Diba menjauhkan ponselnya dari telinga karena teriakan Yola yang mungkin saja bisa membuatnya tuli seketika.

"Kalo iya kenapa emang?" tanyanya santai.

Dan lagi-lagi ia harus menjauhkan ponselnya.

"WHAT THE HELL! ARE YOU KIDDING ME OR WHAT?!"

Diba menggeleng-geleng. "Kalo lo teriak sekali lagi, langsung gue matiin nih telepon."

Once Again Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang