Bagian 2

6.1K 377 24
                                    

Daffa duduk di salah satu bangku kantin kelas 10 -disebut kelas 10 karena letaknya di belakang gedung kelas 10- di hadapannya ada soto mie khas Persada Nusantara, baru saja ia akan menyuapkan sesendok kuah soto mie, pundaknya ditepuk kencang alhasil sendoknya terlepas masuk kembali ke dalam mangkuk dan kuah soto yang panas terciprat ke mukanya.

Suara tawa yang amat sangat ia kenal membuatnya menyadari siapa yang barusan berulah.

"Tai! Bangsat lo Raf! Muka gue jadi kecipratan," semprot Daffa pada Rafa yang terbahak, ia beranjak menuju wastafel di dekat undakan untuk mencuci mukanya.

Saat ia kembali, soto mienya sudah ada di hadapan Rafa.

"Monyet! Soto mie gue!" Daffa menarik sendok dari tangan Rafa dan menggeser mangkuknya agar berada di depannya.

"Lo tuh ganggu makan gue, sono pergi," usir Daffa lalu menyuapkan soto mienya.

"Anjirr gue diusir, tai!" umpat Rafa, "lo harus bertanggung jawab Daf," lanjut Rafa sok dramatis.

Daffa mengerutkan dahi. "Apaan sih lo, geli."

"Nih liat." Rafa memperlihatkan lengannya yang sedikit membiru.

"Lah terus apa hubungannya sama gue?" jawab Daffa fokus pada makanannya.

"Semuanya gara-gara lo Daf, tadi pagi gue baru masuk kelas udah dapet tatapan singanya Diba dan lo tau apa?"

Daffa menggeleng.

"Gue langsung dicubit kenceng banget sampe biru, jambul gue dijambak." Rafa mengelus jambul kesayangannya yang terkena aksi brutal Diba.

Daffa tertawa melihat ekspresi Rafa, ia yakin cubitan Diba sangat maut karena mampu membuat lengan Rafa membiru. "Terus?"

"Dia mojokin gue, nyalahin gue, ngomelin gue, dan nggak mau ngasih contekan lagi ke gue gara-gara gue ngasih tau namanya ke lo."

Daffa tertawa geli menanggapi aduan Rafa, membuat cowok di depannya ini mendengus.

"Emang abis lo apain dia Daf?" ucap Rafa memicingkan mata.

Daffa mengedikkan bahu melanjutkan makannya. "Dia nggak ke kantin Raf? Atau di kantin dua belas?" tanya Daffa meminum es teh di hadapannya.

"Dia jarang ke kantin paling pas istirahat ke dua sekalian sholat," terang Rafa yang kini merebut es teh Daffa.

"Kenapa emang? Dia nggak doyan makan? Atau diet?"

"Dia bawa bekel Daf, dan itu enak-enak banget."

"Oh gue kira diet." Daffa mengangguk.

Rafa menatap Daffa. "Lo beneran tertarik Daf?"

"Tertarik?"

Rafa mengangguk.

"Mungkin, lagian dia cantik," ucap Daffa santai.

"Lo harus sabar buat dapetin dia, Daf."

"Lo meragukan gue Raf?" Daffa terkekeh.

"Gue tau lo playboy paling buaya, tapi Diba beda Daf."

"Liat aja nanti Raf." Daffa menyeringai.

×

Diba melirik jam di pergelangan tangannya, ia mendecak kesal. Kenapa lalu lintas di sekitar sekolahnya selalu macet padahal ini hari sabtu.

Ah bisa telat nih. Gerutunya saat taksi yang ditumpanginya tak juga beranjak meski sudah lewat 2 menit.

"Pak bisa cepet lagi nggak pak? Buru-buru banget nih pak," ucap Diba pada supir taksi.

Once Again Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang