Bagian 17

3.6K 250 27
                                    

"Assalamualaikum," ucap Rafa saat memasuki UKS yang terletak di lobi depan. Beruntung ia tak bertemu guru piket, jadi ia tak perlu repot berbohong.

Diba langsung menghempaskan diri di kasur paling pojok dekat tembok.

"Lo nggak tidur ya Dib?" tanya Rafa begitu ia merebahkan diri di kasur yang lain.

"Kelihatan banget ya?" Diba balik bertanya.

Rafa menggumam. "Kenapa?"

Diba menatap langit langit UKS yang berwarna putih. "Gue mimpi buruk."

Sontak Rafa menoleh dan menatap Diba. "Seberapa buruk sampe bikin lo nggak tidur?"

"Sangat buruk." Diba menjawab singkat.

"Gue juga pernah mimpi buruk. Dulu." Rafa menatap lampu di UKS, matanya menerawang.

"Dulu, gue sering mimpi buruk, sampe bikin gue takut buat tidur." Terdengar helaan nafas Rafa.

"Mimpi ini susah banget gue lupain, mimpinya berulang ulang terus sampe bikin gue inget detailnya. Bikin gue ngerasa kayak sinetron banget karena setiap bangun, gue keringetan kayak orang abis marathon."

"Gue tau mimpi gue itu berasal dari ketakutan gue sendiri dan sialnya susah gue lepas." Rafa mengangguk-angguk sendiri.

Rafa menoleh dan mendecak melihat Diba yang telah tertidur. "Dikira gue lagi ngedongeng."

Rafa menghembuskan napas dan kembali menatap langit-langit. "Cukup di mimpi aja gue ngerasa takut, nggak di dunia nyata."

Rafa memandang wajah tenang Diba. "Gue harap lo juga gitu, Dib."

×

Daffa menuruni tangga dengan cepat. Tujuannya satu, kelas Diba. Ia ingin mengajak cewek itu untuk makan karena ia tahu kebiasaan Diba yang hanya sarapan roti.

"Oy Daf."

"Oy."

"Kemana Daf?"

"Jonggol."

"Daf."

"Yoi."

Sapaan sapaan singkat yang mengiringi langkahnya menuju kelas Diba.

Saat sampai di depan pintu kelas ia bertemu Intan, yang ia ketahui sebagai salah satu teman terdekat Diba.

"Intan," panggil Daffa membuat Intan sontak menoleh.

"E-eh iya, Daf, kenapa?"

Daffa tersenyum melihat respon Intan, sama seperti cewek cewek lain ketika melihatnya sedekat ini.

"Diba ada kan?"

Intan melongok kan kepala ke dalam kelas. "Nggak tau deh, Daf. Gue juga lagi nyari Tata."

Daffa mengernyitkan dahi. Kemana?

"Tata!" teriak Intan saat melihat Tata berjalan menuju kelas menenteng bungkusan sterofoam.

"Kenapa, Tan?" tanya Tata, "E-eh, Daffa, kenapa?"

Daffa sudah membuka mulutnya hendak menanyakan Diba namun di dahului oleh Intan.

"Daffa nyariin Diba, dia kemana?"

Tata mengangguk paham. "Oh Diba, dia di UKS dari tadi, mukanya pucet banget."

"Sumpah?! Kok bisa?! Dia kenapa?!" tanya Intan beruntun.

"Nggak tau." Tata mengedikan bahu, "Dateng-dateng udah begitu."

Once Again Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang