Diba mengecek isi tasnya. Memastikan buku-buku tak ada yang tertinggal. Ia mengambil jaket di lemari. Setelah bercermin sekali lagi ia langsung keluar kamar menuruni tangga dengan cepat.
"Pi, nanti aku nebeng ya nyampe perempatan biasa," ucapnya saat sampai di meja makan.
Di atas meja hanya terdapat teh milik papinya dan roti tawar serta beberapa pilihan selai. Keluarganya jarang makan berat untuk sarapan.
"Loh emang motor kamu kemana by?" tanya Papinya dari balik koran.
"Emm, itu kemaren latihan Padus kesorean gitu pulangnya jadi nebeng temen aja," jelas Diba sedikit berbohong.
Bukan sedikit itu, Dib. Jawab entah suara siapa di kepalanya.
"Oh yaudah." Papinya mengangguk-angguk dan melipat koran yang tadi dibacanya.
"Kamu udah mulai sibuk bey, makan yang teratur ya vitaminnya juga jangan lupa," lanjut papinya sambil mengusap kepalanya kemudian kecupan mampir di dahinya.
Hati Diba terenyuh, walaupun kedua orangtuanya bekerja dan sering pulang larut namun perhatian keduanya tak pernah berkurang untuknya dan Diba sangat bersyukur.
"Bekalnya sudah siap!" Tak lama maminya datang dari dapur membawa kotak bekal.
"Ini buat sayangku, Diba," ujar maminya meletakkan kotak bekal berwarna biru di hadapannya.
"Ini buat my lovely husband." Kotak bekal berwarna merah diletakkan di depan papinya.
"Nah yang ini buat Mami." Maminya duduk dan menaruh kotak bekal berwarna merah, kuning, hijau yang di susun keatas.
"Loh punya Mami kok banyak? Punya kita aja cuma satu," protes papinya.
"Temen-temen kantor pengen nyobain resep baru Mami, jadi Mami bawa banyak deh."
"Ini resep baru Mi?" tanya papinya lagi.
Maminya mengangguk cepat.
"Berangkat sekarang yuk Pi, sebelum macet." Maminya beranjak berdiri diikuti sang papi. "By, kamu ikut Papi kan?"
Diba mengangguk dengan mulut yang masih penuh dengan roti. Terdengar suara mobil yang dipanaskan dari arah garasi. Setelah memasukkan kotak bekal dalam tasnya. Diba beranjak berdiri, tangannya masih sibuk mengolesi roti tawar dengan selai strawberry. Jika sedang masa menstruasi nafsu makannya bertambah.
Diba berlari ke garasi memakai sepatu dengan asal dan bergegas menghampiri papinya. "Pi, udah yuk berang-." ucapannya terhenti seketika.
"Pagi, Diba," ucap Daffa di samping papinya dengan senyuman lebar.
Diba mengerjapkan matanya. "Ngapain lo di sini?" ucap Diba ketus.
"Jemput lo," jawab Daffa masih dengan senyuman yang sama.
"Emang gue mau berangkat sama lo?" Diba menaikan alisnya.
"By, jangan gitu dong kan Daffa niatnya baik." Maminya merangkul pundaknya, "Udah kamu bareng Daffa aja ya udah keburu siang nih, yuk Pi." Maminya memasuki mobil.
Papinya menepuk-nepuk puncak kepalanya, "Papi berangkat dulu ya sayang. Hati-hati juga ya Daffa."
Setelah mengecup dahinya papinya masuk mobil dan dua mobil itu keluar dari rumah beriringan.
"Yuk berangkat sekarang." Daffa menarik Diba keluar pagar dimana motornya berada.
Diba menepis tangan Daffa dan mengunyah roti di tangannya dengan sebal. "Bete gue sama lo."

KAMU SEDANG MEMBACA
Once Again
Fiksi RemajaSekali lagi aku mencoba untuk percaya dan sekali lagi aku harus kecewa. Once Again Elok Puspa | 2016-2017 Credit photo from Pinterest