Diba melangkah melewati koridor aula menuju tangga kelas sebelas, di sekolahnya ini setiap tangga memang di bedakan setiap kelas, awalnya memang terasa berlebihan namun semakin lama ia merasa itu wajar. Ia bukan pendukung senioritas yang gila hormat, namun itu baik untuk menyadarkan adik kelas yang kadang nggak tau diri dan bukan cuma tangga tapi kantin dan parkiran juga dibedakan.
Untungnya Diba udah kelas sebelas jadi ia bebas mau makan di kantin mana dan parkir dimana saja. Diba menaiki tangga menuju lantai 2 dimana kelasnya berada. Baru saja ia akan berbelok tubuhnya terdorong ke belakang, hampir saja ia jatuh jika sebuah tangan tidak menariknya.
Diba mengerjapkan matanya dan saat kesadarannya kembali ia melemparkan tatapan dingin pada sang penabrak yang sekarang menatapnya.
"Sorry ya nggak lihat tadi," ucap sang penabrak.
Diba mendesah dalam hati. Sama persis untuk ketiga kalinya.
"Its okay," jawabnya kemudian berjalan menuju kelas.
Cowok itu menatap punggung Diba, dalam sekejap otaknya memutar kejadian dimana ia menabrak cewek itu.
Cewek itu.
Tanpa pikir panjang ia melangkah cepat menghampiri cewek itu yang sekarang berada di depan pintu kelas. Ditariknya tangan cewek itu hingga berbalik menghadap dirinya.
"Lo cewek yang gue tabrak di lapangan kan?" ucapnya kemudian.
Diba mengernyitkan dahi.
"Sama yang di toko buku juga kan?" lanjutnya lagi.
Kernyitan di dahi Diba berganti dengan wajah datarnya. "Iya, kenapa emang?"
Cowok itu tersenyum dan mengulurkan tangan "Gue-."
"Fabian Daffa Hakim, siapa anak PN yang nggak tau lo," potong Diba cepat.
Senyuman Daffa semakin lebar diiringi kekehan. "Iya juga sih, nah kalo lo?"
"Gue?"
"Iya lo, nama lo siapa?"
"Buat apa emang?"
Daffa mendengus geli, baru kali ini ada cewek yang menolak kenalan dengannya. Kalau aja cewek di depannya ini nggak menarik, ia juga malas menanyakan namanya.
Cewek yang sialnya selalu ada dalam mimpinya sejak pertama kali ia menabrak cewek itu di lapangan. Sekarang ini ke tiga kalinya ia tanpa sengaja menabrak cewek itu dan ia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mengetahui nama cewek di depannya ini.
"Cuma pengen kenalan aja," jawab Daffa dengan senyuman bertengger di wajahnya.
"Woy Daf! Ngapain di sini? Nyari gue? Kan udah gue bilang kita ngobrolinnya di ruang basket aja, nggak sabaran banget lo, dasar." Satu suara menginterupsi percakapan keduanya.
"Lah, Dib? Lo berdua kenal?"
"Dia nyari lo tadi Raf," potong Diba cepat dan segera melangkah meninggalkan keduanya.
"Bentar Daf, gue naroh tas dulu, ntar kita ke ruang basket bareng," ujar Rafa sebelum kemudian mengikuti jejak Diba memasuki kelas.
Daffa hanya bisa mengangguk.
Jadi namanya Dib, tapi Dib siapa? Ah ntar nanya Rafa aja deh.
Nggak lama Rafa keluar dan mereka berjalan menuju ruang basket yang berada di lantai 1.
×
Diba menghembuskan napas lega saat ia menghempaskan diri di bangkunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Again
Genç KurguSekali lagi aku mencoba untuk percaya dan sekali lagi aku harus kecewa. Once Again Elok Puspa | 2016-2017 Credit photo from Pinterest