Bagian 8

4.7K 306 6
                                    

Mata Daffa bertumbukan dengan manik mata Diba. Cowok itu menghentikan gerakan jarinya di atas piano.

"Lo Dib, kapan masuk?" tanya Daffa setelah melepas earphone.

Pantesan nggak denger kupingnya disumpel.

"Dari tadi," jawab Diba singkat dan mengambil satu dari 3 gitar di sana.

"Buru-buru banget Dib, sini aja dulu," ucap Daffa dengan seringaian saat dilihatnya Diba buru-buru keluar studio.

"Ogah."

Jawaban singkat Diba membuat Daffa tertawa. Daffa melangkah menyusul Diba dan menutup pintu sedetik setelah Diba membukanya.

Diba mendelik ke arah Daffa. "Apaan sih, minggir."

"Nggak mau."

"Kok lo ngeselin sih?!"

"Makasih pujiannya." Daffa tersenyum berlebihan yang membuat Diba ingin melemparkan gitar di tangannya ke wajah tampan itu.

Diba menghela napas. "Mau lo apa sih?"

"Mau gue? Temenin gue di sini."

"Kalo gue nggak mau?" Diba menatap Daffa tajam.

"Ya lo nggak keluar." Daffa memutar kunci studio lalu mengantonginya di saku celana.

Diba mendelik ke arah Daffa yang kini tengah tersenyum penuh kemenangan.

"Rasanya pengen gue lempar ini gitar ke muka lo yang nyebelin itu."

Daffa tergelak mendengar Diba berkata sinis dengan wajah yang herannya masih terlihat cantik di matanya.

"Gue udah pernah bilang belum, lo tambah cantik kalo lagi sinis gitu?" pertanyaan Daffa mendapat injakan kaki dari Diba.

"Simpen aja gombalan nggak bermutu lo dan buruan lakuin apa yang lo pengen di sini. Deket-deket lo jadi ancaman buat gue."

Daffa kembali tergelak. Di dorongnya perlahan tubuh Diba untuk duduk di kursi panjang di depan piano.

"Duduk dan dengerin."

Diba mendecak melihat Daffa dengan senyuman duduk di sampingnya.

Daffa menarik napas dan mengembuskannya perlahan lalu jarinya mulai menekan tuts piano.

Diba terkesima dengan apa yang dilihatnya. Jari jari Daffa terus menekan tuts dengan lincah. Nada nada indah terus mengalun, mengisi keheningan diantara ke duanya, membuat Diba hanya mampu menatap Daffa dengan pandangan takjub dan tak percaya.

Ini Fabian Daffa Hakim beneran? Cowok yang hobinya gonta ganti cewek dan genit ini main piano? Duh sisi Daffa apalagi yang gue nggak tau?

Diba meneliti wajah Daffa dari samping, rambut hitamnya terlihat kecoklatan karena sinar matahari yang menembus melalui jendela, rahangnya kokoh namun lembut di saat yang sama dan matanya berbinar serta bibirnya menahan senyum kecil.

Menawan. Satu kata itu terlintas di benak Diba.

"I could make you happy, make your dreams come true.

Nothing that i wouldn't do."

Daffa bernyanyi pelan namun Diba masih bisa mendengarnya.

"Go to the end of the earth for you... ." Daffa menoleh ke arahnya, dengan senyuman tipis yang sanggup membuat Diba terpaku.

"To make you feel my love... ." Daffa menatap Diba tepat di manik matanya. Saat itu juga jantung Diba berdetak lebih cepat.

Diba tidak mengalihkan pandangan sampai beberapa detik ke depan.

Once Again Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang