Life Must Go On

3.3K 218 109
                                        

Diba meraih spatula di atas konter dapur. Lalu menggerakkannya di atas wajan berisi minyak panas. Ayam goreng buatannya sudah berwarna kecoklatan, pertanda sebentar lagi akan matang.

Ia kemudian beralih menuju lemari pendingin. Begitu terbuka hawa dingin langsung menerpa wajahnya. Senyumnya terbit begitu saja sambil tangannya mengambil gelas-gelas kecil dari dalam freezer.

Empat gelas ia taruh di atas nampan. Kemudian ia kembali ke depan kompor, dimatikannya kompor dengan satu tangan, sedangkan yang lain memindahkan ayam di atas piring yang sudah dilapisi tisu.

"DIBAAAA!"

Teriakan itu berasal dari depan rumahnya, diikuti gelegar tawa riuh yang membuatnya ikut tersenyum.

"BENTARRRR!" Diba menyahut dengan teriakan juga.

Setelah semua ayam goreng yang terlihat sangat menggoda itu berada di atas piring, Diba mengambil nampan berisi empat gelas ice cream cake oreo. Langkahnya melewati ruang keluarga lalu ruang tamu. Mendekati pintu utama senyumnya kembali melebar.

"ABANG KENAIN VIAN AJAAA!"

"VINA AJAAA!"

"Hayooo! Mau lari kemanaaaa?!"

"ABANGGGGG!"

Diba tertawa melihat pemandangan itu.

"Ada yang mau ice cream cake oreo?!" Teriaknya yang sukses membuat ketiga orang itu berhenti bergerak dan langsung menoleh padanya dengan tatapan berbinar.

"MAUUUUU!"

Jawab ketiga orang itu dengan suara lantang.

"Abang nyampe duluan!"

"Nggak ih! Akuuuu!"

"Aku duluannnnn!"

Lagi-lagi Diba tertawa melihat tingkah konyol ketiga orang yang sedang berebut untuk menghampirinya. Lebih tepatnya mengambil ice cream cake oreo buatannya.

Satu tangan besar berhasil mengambil gelas di nampan yang Diba bawa lebih dulu. Disusul dengan dua tangan kecil yang bergantian.

"Abang duluan yang dapet!"

"Abang curang!"

"Tau nih!"

Dan Diba ikut tertawa bersama cowok yang berdiri di sebelahnya.

"Enak nggak?" tanya Diba setelah tawanya usai.

Cowok itu mengangguk cepat dengan senyum lebar. "Enak lah, buatan lo selalu enak dari pertama kali gue nyoba pas jaman SMA."

×

Daffa mengembuskan napas perlahan. Jantungnya berdegup cepat saat mobilnya mulai memasuki gerbang perumahan yang dulu sering ia datangi, hampir tiap hari malah.

Jalanannya masih sama, tidak banyak yang berubah. Kenangan-kenangan yang berusaha ia simpan rapat-rapat akhirnya kembali berputar dalam benaknya.

Satu persatu dengan detil yang sama. Daffa tak mungkin lupa tiap hal yang terjadi bersama seseorang yang sebentar lagi akan ia temui setelah setahun lebih wajah itu cuma bisa ia lihat lewat media sosial.

Setahun. Bukan waktu yang singkat untuknya. Tidak cukup untuk menghilangkan perasaannya pada sosok cewek yang pernah memberi begitu banyak hal bermakna di hidupnya.

Adiba Humaira.

Daffa mencoba. Terus mencoba untuk merelakan hilangnya Diba dari hidupnya. Segala usaha telah ia lakukan, beberapa kali ia mendekati cewek-cewek yang menarik untuknya tapi satu pun tak ada yang bisa membuatnya berpaling. Ia juga tak ragu merespon positif tiap ada cewek yang berniat mendekatinya, tapi lagi-lagi bayangan Diba muncul begitu saja.

Once Again Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang