Diba menuruni tangga bersama Tata yang sibuk berceloteh tentang apa yang akan ia lakukan akhir minggu ini bersama Rafli. Keduanya berjalan menuju kantin 10 dimana Rafli berada.
"Ck kebiasaan," seloroh Rafli begitu melihat Tata langsung mengambil alih siomaynya.
Tata hanya nyengir dan tanpa merasa bersalah menghabiskan siomay Rafli.
"Tadi Daffa nyariin lo, Dib," ujar Rafli melihat dirinya yang sibuk mengamati kedua orang di hadapannya ini.
"Heemm, udah tau," jawab Diba seadanya.
Ia tau bahwa selama istirahat Daffa mencarinya, semua orang yang mengenal dirinya dan Daffa pasti memberitahu hal yang sama.
Diba sengaja tidak ingin menemui Daffa. Ia ingin menenangkan hatinya. Ia mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi dan bahkan orang yang ia khawatirkan tidak mengerti. Ia benci berada di posisi seperti ini, perasaanya bisa lebih peka jika ia sudah merasa dekat dengan seseorang.
Selama istirahat ia berada di ruang musik, sendirian. Menuangkan segala yang ia rasa melalui hal yang ia suka.
Diba melirik ponselnya yang tidak menunjukan tanda-tanda Daffa mencarinya.
"Pulang yuk," ajak Rafli yang diangguki Tata. Keduanya lantas berdiri diikuti Diba.
"Lo ngapain?" tanya Tata melihat Diba mengikutinya dan Rafli.
"Ikut lah," jawab Diba lantas berdiri di samping Rafli.
"Dih, Daffa kemana emang?"
"Ada di ruang basket."
Diba berbohong, tentu saja. Ia bahkan tak tau dimana Daffa sekarang.
"Terus ngapain lo ngikutin kita? Ke ruang basket aja sana," usir Tata yang memunculkan senyuman jahil Diba.
"Kenapa emang?" Diba menaik turunkan alisnya, "Takut Rafli berpaling ke gue?"
Wajah Tata memerah lantas mendengus. "Apaan sih, ambil aja gih."
"Beneran?" Mata Diba berkilat jahil, "Yaudah, yuk Raf." Diba lantas menggandeng Rafli dan berjalan meninggalkan Tata yang mendelik menatapnya.
"Lah Dib, kenapa sih?!" tanya Rafli mengerutkan dahi menatap Diba yang menyeretnya dan Tata yang masih diam di tempatnya.
"Ta, ayo!" panggil Rafli yang masih digandeng Diba, sedangkan Diba tersenyum mengejek pada Tata.
"Cupu," ucap Diba tanpa suara yang membuat Tata merengut lantas melangkah panjang-panjang menyusul dua orang itu.
Sampai di samping Rafli, Tata langsung menggandeng tangan Rafli.
"Ta, nggak salah nih?" tanya Rafli dengan senyum tertahan yang ditangkap Diba.
Diba tersenyum menatap keduanya yang terjebak dalam perasaan-pada-sahabat-disertai-gengsi-dan-terlalu-takut-untuk-memulai.
"Diem," jawab Tata tanpa melihat ke arah Rafli.
Rafli tersenyum dan balik menggandeng tangan Tata, membuat wajah Tata tersipu dan senyum keduanya terbit bersamaan.
Diba yang telah melepas gandengan tangannya pada Rafli menatap keduanya yang berjalan ke arah parkiran belakang dengan kekehan.
Dasar bocah, makan tuh gengsi.
Diba meneruskan langkahnya menuju pos satpam disusul Tata tak lama kemudian.
Melihat Tata yang mengulum senyum mau tak mau membuat Diba tak tahan untuk tak menggodanya.
"Seneng kan lo? Seneng?" Diba mencolek bahu Tata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Again
Fiksi RemajaSekali lagi aku mencoba untuk percaya dan sekali lagi aku harus kecewa. Once Again Elok Puspa | 2016-2017 Credit photo from Pinterest