"Tiket udah?"
Diba mengangguk. "Udah."
Jawaban singkat itu membuat Faisal memilih untuk melarikan tatapannya ke arah lain. Ke sekelilingnya yang begitu ramai oleh lalu lalang banyak orang dan suara-suara pemberitahuan dari speaker.
"Rafa udah jalan belum?"
Diba mendongak. Menatap Faisal yang akhir-akhir ini mulai terlihat berbeda dengan keberadaan kacamata berbingkai hitam yang bertengger di hidung cowok itu.
Kebiasaannya yang selalu berkutat dengan laptop dan ponsel membuat Faisal akhirnya memakai kacamata. Walaupun sesekali, cowok itu melepasnya.
Jujur saja, Diba tidak menyukai hal itu karena Faisal makin sering dilirik cewek-cewek yang tak sengaja melihat kekasihnya itu. Apalagi ketika mereka sedang kencan dan Faisal kebetulan tersenyum atau tertawa. Bukan sekali dua kali, Diba terpaksa melesatkan tatapan tajam pada cewek yang kedapatan menatap Faisal lebih lama, bahkan beberapa cewek itu memfoto Faisal diam-diam.
Faisal memang tak semenawan Daffa. Diba mengakui itu. Tapi semakin bertambah usia, Faisal mulai menunjukan pesonanya. Siapa yang tak terpikat saat melihat cowok jangkung dengan dua lesung pipi dan berkacamata sedang tersenyum lebar yang makin membuat lubang di pipi itu terlihat jelas?
Diba benar-benar cemburu tentang hal itu dan memaksa Faisal agar tidak keseringan tersenyum saat di keramaian. Diba tidak suka berbagi senyum Faisal. Sesuatu yang sangat menggelikan bagi seorang Diba.
"Udah. Bentar lagi kali."
Faisal mengangguk lagi. Tangan cowok itu bergerak melingkupi punggung Diba dan menariknya mendekat.
"Minggir sini dikit, makin rame nih. Nanti lo hilang."
Diba terkekeh. "Lebay."
"Serius." Wajah Faisal benar-benar menyiratkan hal yang sama. Membuat Diba akhirnya menuruti perkataan Faisal.
"Kalo lo hilang, dunia runtuh seketika," bisik Faisal tepat di telinga Diba.
Diba jelas terkejut. Apalagi kata-kata manis yang diucapkan Faisal.
"Kok?" Diba menaikkan satu alisnya padahal bibirnya berkedut menahan senyuman.
"Because you are my world."
Senyum lebar Diba lolos begitu saja. Ditatapnya cowok di depannya ini dengan bahagia.
"Gombal sih tapi kok gue seneng ya?"
Tawa kecil Faisal terdengar memenuhi pendengaran Diba. Seluruh latar belakang seolah menghilang. Fokusnya kini hanya pada Faisal dan tawanya.
"Kenyataan Diba."
"You too."
Faisal berhenti tertawa. Jawaban Diba dengan keseriusan yang sama.
Perlahan bibir Faisal melengkung sempurna. Dua lesung pipi itu terlihat jelas. Matanya sedikit menyipit di balik lensa berbingkai hitam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Again
Ficção AdolescenteSekali lagi aku mencoba untuk percaya dan sekali lagi aku harus kecewa. Once Again Elok Puspa | 2016-2017 Credit photo from Pinterest