Di chapter sebelumnya, siapa coba yg trying?
•••
Ardi berjalan dengan ogah-ogahan menuju kelas. Setelah melihat kejadian di koridor tadi, entah mengapa dirinya merasa kehilangan gairah hidup, bukan hanya gairah cinta. Hatinya tidak karuan. Ardi mendongakkan kepalanya sebentar, ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia harus segera ke kelas. 5 menit lagi bel akan dibunyikan.
Ardi menghembus nafas lega setibanya di kelas. Dia beruntung mendapat kelas di lantai satu. Walau di ujung sekalipun.
Ardi menduduki kursinya dengan tidak tenang. Bagaimana dirinya bisa tenang kalau melihat orang yang sedang ia perjuangkan dicium orang lain?
Ardi berulang kali mengubah posisi kepalanya. Kadang ia menunduk, kadang juga mendongak, kadang juga menelungkup pada lipatan tangannya di atas meja. Begitu gelisahnya dirinya saat ini. Hanya karena gadis itu. Shafa.
Ardi melihat ke sekeliling kelas. Sangat berisik karena guru belum masuk. Ardi dengan tidak semangat mengeluarkan bukunya dari dalam tas. Selanjutnya, ia membuka bagian kecil pada tasnya, tempat ia biasa menaruh pulpen dan kawan-kawannya.
"Ck. Mati gue," decaknya. Disana tidak ada apapun. Termasuk pulpennya.
Ardi terpaksa melihat-lihat seisi kelasnya. Ia ingin meminjam, karena kalau beli pasti Ketua Kelas tak akan mengizinkannya.
Ardi terpaku pada sepasang mata yang sedari tadi menatapnya intens. Seorang perempuan. Ardi terkekeh, ia tahu perempuan itu, tapi tidak tahu apa tujuan perempuan itu melihatnya sedemikian dalam.
"Angel! Ada pulpen lagi gak?"
Angel terkekeh hebat, Ardi memanggilnya tadi. Ia ketahuan tengah memperhatikan Ardi. Mau tak mau, Angel mengangguk. Sungguh, ia malu teramat sangat.
•••
Shafa berulang kali membaca soal Bahasa Inggris yang baru saja diberikan Mr. Thompson. Katanya sebagai latihan menuju Ujian Nasional. Shafa terus berusaha memahami setiap kata pada soal-soal yang berbentuk cerita, iklan, pengumuman, deskripsi teks, dan lain-lain itu. Namun apa daya, Shafa tetap tidak bisa memahaminya. Padahal ini termasuk pelajaran kesukaan Shafa. Mengapa bisa ya?
Karena saat ini Shafa tiba-tiba saja teringat masa lalunya.
Dia ingat, 3 tahun lalu, saat hubungannya dengan Algy baru berjalan beberapa bulan, mereka sempat bertukar ilmu. Shafa menjadi guru Bahasa Inggris untuk Algy-nya, dan Algy menjadi guru Matematika untuk Shafa-nya. Sangat lucu. Masing-masing memiliki tiga peran; sebagai guru, sebagai murid, sebagai pasangan yang baik.
Shafa dengan tidak sadar kembali tersenyum. Air matanya yang bandel berhasil menerobos pertahanannya. Shafa sudah menahan-nahan agar tidak menangisi Algy lagi. Meski air itu hanya berupa titik di sudut, namun tetap saja Shafa menyesalinya.
Shafa mencoba memfokuskan dirinya untuk kali ini. Saja.
Sebenarnya bukan kamu yang mengecewakanku, aku yang diam-diam masih berharap, lalu merasa terkecewakan.
•••
"Saat seseorang mencintai seseorang. Indranya kan buta, perasaannya kepada yang lain akan mati."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Worst
RomansaTentang bagaimana seorang "Barbie hidup" yang berusaha disingkirkan oleh kehidupan, lewat persahabatannya, keluarganya, cinta, juga hobby-nya.