33: Hated

106 13 2
                                    

      Ardi dan Yuka berhenti, mengamati Shafa yang kini tengah menarik lengan Seno dengan cukup lembut, namun terkesan cepat sebenarnya. Shafa melihat ke arah mereka, lalu berjalan sambil membawa Seno menghampiri Ardi dan Yuka dengan wajah yang penuh dengan kemarahan. Ardi melirik Seno yang terima-terima saja menerima perlakuan Shafa. Ardi ganti menatap Shafa, kemudian mengambil alih Seno dari naungan Shafa dengan mata yang terus terpaku pada Shafa. Shafa yang berubah garang bukan main. Ardi melihat sebuah kemarahan besar, Ardi membacanya lewat raut wajah Shafa. Bagai ada kobaran api di mata gadis ini. Sungguh, ini terlampau mengerikan. Ardi tidak ingin gadis yang dicintainya marah padanya.

Shafa kini maju selangkah mendekatinya, wajah mereka sangat dekat, nafas mereka saling beradu satu sama lain otomatis.

"Kenapa lo percayain Seno ke Algy? Apa lo gak tau adek lo terancam hilang?" Shafa berkilat-kilat dengan suara meninggi. Alisnya menaut parah, mukanya sudah setengah memerah, kali ini bukan karena malu.

Shafa benci. Shafa tak tahu harus menyalahkan siapa.

"Lo mau tunggu Seno hilang? Lo mau panik kayak gue waktu Yuka gak ada sama gue? Gak kan?"

Terus dan terus. Shafa masih bertahan dengan sikapnya yang tiba-tiba aneh itu. Ardi masih diam saja sejauh ini. Membiarkan Shafa terus-terusan menghujatnya. Ardi mengerti, Ardi sangat-sangat bisa mengerti apa yang ada di pikiran Shafa saat ini.

Rasa takut kehilangan. Shafa sering kali merasakan kehilangan dalam hidupnya. Itu benar. Juga, Ardi tahu Shafa sangat menyayangi Seno. Ardi tahu semuanya, Ardi menyaksikan semuanya, tentang apa-apa saja yang terjadi di antara Algy-Shafa dan Seno. Ardi seorang pengagum rahasia yang handal, good stalkers bisa dibilang. Algy juga sering bercerita padanya semasa hubungannya dengan Shafa pada Ardi lewat ponsel. Ardi sengaja tidak pernah memberitahu nama seorang kakak kelasnya yang sejak dulu ia sukai. Meski sempat dipaksa cerita dan akhirnya Algy membantu dalam hal menembak. Menembak yang gagal itu. Ya.. Awalnya memang hanya karena malu, Ardi seorang yang pemalu dulu-dulu. Tapi nyatanya Algy mengambilnya, Ardi terpaksa harus terus merahasiakannya walau sekarang ia bukan lagi Ardi yang pemalu. Ardi selalu menjadi yang tersakiti pada kenyataannya.

Ardi tidak pernah membenci nasibnya ini. Ketulusan benar-benar menguatkannya.

Shafa membuang mukanya untuk kembali memandang Algy dan Angel di sana. Shafa kembali berjalan menuju kedai kosmetik tempat di mana keduanya berpijak sekarang. Mereka tidak menyadari jika Seno sudah dipindah tangan oleh Shafa. Shafa berjalan, berjalan, terus berjalan hingga kakinya berhasil berdiri di antara orang-orang yang gila kosmetik.

Algy menoleh ke samping kirinya, Algy terperanjat ketika matanya berhasil mendapati wajah Shafa yang sedang setengah kelelahan menatap dirinya dan Angel. Algy menyerongkan badannya demi mendapatkan posisi bicara yang lebih baik. Algy menengok Angel sebentar, kekasihnya itu masih sibuk memilah-milih barang dagangan di kedai ini.

Algy terkekeh hebat mendapati Seno di antara Ardi dan Yuka. "Shaf-"

"Gak bisa dipercaya," sela Shafa datar. Shafa masih menatapnya, seolah-olah hanya ada Algy di situ.

Algy tentu saja tidak paham dengan apa yang terjadi. Seperti biasa, ia tidak pernah menyadari kesalahannya. Shafa benci Algy, juga dirinya yang pernah sangat mencintai makhluk seperti Algy. Shafa benci, sangat membenci orang ini hingga matanya tak sadar sudah berair lagi. Shafa mengatup mulutnya serapat mungkin, lalu mendorong pundak kiri Algy dengan cukup kuat.

Algy hampir terjerembab, tubuhnya terlempar beberapa centi dari tempat semula. Tubuhnya tidak sengaja menabrak Angel yang saat itu belum menyadari keberadaan Shafa. Angel lantas menoleh lantaran terkejut. Mulutnya menganga sedikit.

The WorstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang