31: With You

168 12 2
                                    

"Di saat yang lain menderita demi dapat menaklukan dunia, aku justru menderita hanya untuk menaklukan kembali hatimu."

-Algyansyah P.

•••

      Pada akhirnya, Shafa dan Ardi memutuskan untuk tidak memakan semua makanan yang dibeli Ardi. Yuka yang menghabiskannya. Ardi ingin cepat-cepat, ia bilang ia ingin tahu keadaan Algy dan Seno. Di samping itu, waktu juga menjadi alasannya karena ia tidak ingin anak gadis orang berada di luar rumah sampai larut malam. Lagipula esok sekolah, upacara pengibaran bendera Merah-Putih pula.

Ardi mempercepat laju jalannya dengan pandangan yang selalu menunduk. Ia memimpin di depan, di belakangnya ada Shafa dan tentu saja Yuka yang sedaritadi berada di dalam naungan Shafa. Mereka tidak mengobrol satu sama lain. Shafa sudah mengusahakan agar di antara mereka ada sedikit saja yang dibahas, sekalian Shafa ingin tahu apakah Ardi marah padanya atas kejadian di teras mushalla ba'da maghrib tadi.

"Ar, tunggu dong!" Shafa terus saja menyeloteh. Berusaha agar Ardi tidak terlalu cepat dan menyusahkan Yuka yang langkah kakinya tak seberapa dibanding mereka. Tapi tidak ada yang terjadi, tidak berubah sedikit pun. Ardi seolah tak punya indra pendengaran yang baik.

Shafa mengerti. Ardi pasti sedang serius memikirkan sesuatu. Mungkin ini memang sudah waktunya bagi Shafa untuk membiarkan Ardi sendirian. Membiarkan semua masalah yang mungkin sedang berputar-putar dalam pikiran Ardi. Ardi butuh sendiri, Ardi tak memerlukan semangat darinya. Seperti itu mungkin.

Shafa dan Yuka mengasingkan diri dari Ardi. Mereka pun memilih untuk berjalan sangat perlahan di sisi kiri jalan. Berjalan terlalu lambat di tengah jalan tempat umum bukanlah perbuatan yang benar.

Ardi berhenti dan mengangkat wajahnya. Ia tidak mendengar suara khas sandal Shafa dan Yuka masih berjalan di belakangnya. Ardi memutarbalikkan badannya untuk memastikan keberadaan dua makhluk yang sekilas nampak seperti mainan itu. Ardi kini dapat bernafas lega, keduanya masih terlihat oleh matanya. Hanya saja jarak mereka cukup jauh sekarang. Mereka kini tak lagi mengikutinya melangkah. Mungkin sebagai istirahat colongan karena kebawa lelah mengikuti dirinya. Ardi menyadari kesalahannya tersebut. Tidak seharusnya ia menyusahkan mereka berdua karena masalah batinnya sendiri. Seharusnya ia menepati janjinya, janji untuk membawa kebahagiaan pada mereka. Niatnya adalah meminta maaf dan menebus kesalahan, namun nyatanya ia malah menciptakan kesalahan berikutnya. Memang tidak bisa dimaafkan aku ini, sekilas kalimat ini terbesit dalam benak Ardi.

Ini menakjubkan. Bahkan orang baik hati macam Ardi pun tidak bisa memaafkan dirinya atas kesalahan kecil seperti ini saja. Lalu bagaimana halnya dengan Algy, si orang tidak pengecut dan selalu menalar secara baik. Kesalahannya beberapa waktu lalu hampir saja menewaskan Shafa. Semangat hidup gadis itu sempat terkuras habis-habisan karena ulahnya, ucapannya, ketidakmengertiannya tentang bagaimana perihnya dikhianati. Dustanya dimana-mana. Pantas saja Algy menyebut dirinya sendiri hina.

Ah, ya. Jangan melupakannya. Dia sudah meminta maaf tadi. Berikut dengan segala kata-kata dramatik yang entah sejak kapan ia rancang hingga menjadi semengharukan itu. Shafa berdoa sepanjang waktu, semoga Algy tidak memanipulasi dirinya lagi. Semoga ia sungguh-sungguh atas pengakuannya di mushalla tadi. Shafa menoleh ke sisi kirinya. Ia tidak pernah lelah menjadi seorang pemaaf. Ia ingat ungkapan apa yang ia ucapkan saat mengamati hujan bersama Algy, bahwa ia tercipta dari tanah, dan harus selalu merendah karena tanah itu rendah. Atau.. ia akan menjadi orang yang tinggi hati, orang seperti itu akan dikembalikan ke tempat yang serendah-rendahnya. Yang lebih rendah dari tanah. Apa yang lebih rendah dari tanah?

Bukan air.

Dialah tempat yang paling rendah dari tempat-tempat yang lain. Tuhan menyembunyikannya dengan baik. Dia hanya diperlihatkan pada orang-orang yang dikehendaki-Nya menetap disana. Shafa sendiri selalu takut membayangkannya berada disana. Apa rasanya, uh, tidak terbayang.

The WorstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang