35: Use..less...?

90 10 1
                                    

      Algy memperlambat kecepatan larinya setelah menemukan batang hidung Angel 15 meter dari tempatnya. Lebih tepatnya di dekat kedai yang tadi.

Algy membuang nafas sebentar karena lelah, lalu berlari lagi menyelak antrean di kedai-kedai lain. Algy berhenti, nafasnya memburu cepat.

"Angel!" Algy berteriak dengan nafas yang masih belum teratur. Lehernya sengaja dipanjangkan setengah mengedarkan pandangan. Angel langsung saja menoleh kepada Algy, memperlihatkan tampang bosan dan jengkelnya.

Perlahan, Angel merubah air mukanya, lalu segera menghambur memeluk Algy. Angel menjatuhkan dirinya sejatuh-jatuhnya ke dalam dekapan Algy. Angel manyun. "Kamu jangan ninggalin aku lagi.." lirih manja Angel pada Algy, kepalanya bersandar pada dada bidang Algy. Algy tak banyak bergerak menerima perlakuannya tersebut.

Angel terus mengeratkan pelukannya terhadap Algy, Algy masih belum berniat membalas pelukannya atau sekedar mengelus rambutnya saja. Angel tidak peduli. Angel terus menempelkan sisi kepalanya di dada Algy, kekasihnya mulai tidak bisa diam sekarang. Berkali-kali Algy bergerak ke manapun arah, di waktu itu juga Angel yang berada di dalam dekapannya merasa terganggu.

Salah, Angel mendekap Algy, bukan Angel berada dalam dekapan Algy-nya.

Angel mendongak untuk memastikan sedang apa kekasihnya tersebut. Angel iseng mengikuti arah mata Algy berkeliaran. "Kamu liat apa sih?" tanyanya, Angel mulai merasa tidak berguna untuk Algy. Algy mengabaikannya, itu sakit sekali.

Algy sontak menunduk menatap matanya. Algy terdiam lebih dulu sebelum menjawab. "Seno," ucapnya seraya memakukan penglihatannya ke sekitar mereka. Angel tak tahu lagi, Algy benar-benar tidak bisa dimengerti sekarang. Angel ingin Algy membalas pelukannya dulu, setidaknya itu yang harus dilakukan seorang lelaki setelah meninggalkan gadisnya tanpa sebuah alasan.

Angel melepaskan pelukannya terhadap Algy. Angel membisu, matanya terus saja mengamati Algy yang begitu tergesa-gesa kelihatannya. Angel menatap Algy intens. "Cuma Seno?" tanyanya tiba-tiba. Algy terkejut. Spontan kedua bola mata mereka saling bertatap.

Algy menarik seulas senyum tak lama setelah itu. Lalu menjawab seketemunya kata yang bagus. "Seno, Ardi, Yuka.."

"Kak Shafa?" timpal Angel yang langsung saja menciptakan kecanggungan di antara keduanya. Hening pun menyibak cukup lama. Membuat Angel semakin tertarik untuk mempertajam tatapannya terhadap Algy.

Algy tersenyum manis, lama-lama deretan giginya yang rapi mulai terlihat, tawanya juga terdengar setelah semua itu.

"Iya, kemana ya dia?" tanya Algy sambil terus celingukan.

Angel terenyuh. Dadanya serasa dihujani jutaan bambu runcing di detik yang sama. Angel mendongak untuk melihat Algy, Angel bertanya banyak hal dalam hatinya. Algy, satu nama yang berjanji akan membuat hidupnya sangat berarti. Sekarang malah membuatnya merasa tidak berguna, tidak berarti, tidak diinginkan, tidak ada di depannya. Angel menghela nafas pendek dan terpejam begitu menghembusnya. Nafasnya tersenggal-senggal seperti habis menangis. Angel menunduk dan menutup hidungnya sebentar. Lalu tersenyum pada Algy. Meski sadar senyum ini tidak mengembang dengan sempurna.

"Kamu gak denger tadi?"

"Dia lagi dibuat beda, that's what she've said."

•••

      Shafa mulai merasa tubuhnya gerah tak ketulungan. Dua orang tengah mengurusi ini itu di wajahnya, membuat wajah mereka harus berpapasan dengan Shafa dari jarak yang sangat dekat. Uap air yang keluar dari hidung keduanya tak ayal menabrak wajah Shafa, dan itu membuat Shafa gerah dan ingin ini cepat-cepat berakhir.

The WorstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang