36: Chaos

74 11 2
                                    

BRAK!

      Terdengar suara pintu mobil dibanting keras dari luar. Shafa dapat melihat dengan jelas rupa seseorang yang telah hampir membangunkan Yuka dan Seno di jok belakang. Shafa sempat menengok ke belakangnya sebentar saat suara pintu dibanting itu sampai di telinga. Shafa langsung menoleh ke sebelahnya, Algy duduk dengan segala aura ketampanannya, terlihat tengah sibuk mengenakan sabuk pengaman ke badannya. Shafa meluruskan lagi pandangannya seraya duduk menyandar pada jok. Shafa mencoba menyikapi pemuda itu dengan sebagaimana mestinya. Shafa memilih untuk diam saja di tempat duduknya.

Algy mulai menyalakan mesin mobilnya untuk sekedar memanaskan. Membuat tubuh Shafa ikut bergetar sebagai akibat dari efek yang ditimbulkannya. Shafa memalingkan kepalanya ke arah luar jendela yang terbuka, tapi baru saja ia melihat pemandangan di sana, jendelanya sudah ditutup dengan sengaja oleh Algy. Shafa mendesah sedikit, ia pun memiringkan badannya membelakangi Algy. Lalu, Shafa mencoba untuk memejamkan matanya, mencoba untuk masuk ke dunia bawah sadar seperti dua bocah di belakang. Shafa mulai merasa mobil ini kian mendingin lantaran Algy sudah menyalakan AC. Shafa menambah ringkukan kakinya dan mengusap bulu-bulu halus di kakinya yang tiba-tiba berdiri karena kedinginan. Namun tiba-tiba tangan dan kakinya serasa dikepung hawa hangat, sesuatu berbahan lembut telah menyelimutinya.

Shafa melirik ke arah kakinya yang ditutup oleh sehelai kain berwarna putih bergaris biru beraturan. Shafa sontak berbalik dan langsung tegak seketika. Spontan satu-satunya wajah yang ia lihat adalah wajah Algy, sedang tersenyum teduh kepadanya. Memberikan sensasi yang berbeda begitu Shafa melihatnya.

Shafa setengah mati mencoba stabilkan diri. Shafa menyingkap selimut pemberian Algy diam-diam. Shafa tidak ingin di hidupnya ada satu benda pun yang melibatkan Algy. Shafa masih belum bisa terima dengan keputusan Ardi ini, yang mana harus membuatnya pulang satu mobil bersama Algy, juga membiarkan Ardi pulang bersama Angel dengan motor bebeknya. Shafa benar-benar tidak pernah menyangka akan berada dalam situasi macam ini.

Hup!

'Algy, please..' Shafa mendesah sekaligus menggeram dalam hati. Algy menyentuh punggung tangannya tiba-tiba, itu aneh.

Shafa menarik kepalanya ke belakang, seiring dengan bertambah dekatnya kepala Algy dan dirinya, juga sentuhan tangan Algy di tangannya yang bertambah kuat. Shafa menggeser tubuhnya agar tidak terlalu menyakiti kepalanya yang semakin ditarik ke belakang. Shafa ingin segera memberontak, tapi tangan Algy sangat kuat, tak sebanding dengan Shafa yang mendadak lemas begitu mendapatkan tatapan dari Algy. Tatapan yang Shafa sendiri tidak tahu apa maknanya. Tapi.. tatapan itu, Shafa mengakui, bahwa dia tetap menyukainya. Mata Algy memang sangat indah, ya.. indah sekali.

"Algy-"

"Ops!" Shafa spontan menjerit. Dia tidak sempat mengelak takdir yang menghampirinya. Takdirnya, bisa takluk dan kemudian jatuh dalam dekapan maut Algy. Shafa melirik pinggang kirinya, tangan Algy melingkar secepat kilat tanpa bisa dibaca gerak-geriknya. Shafa tertegun menelan ludah pahitnya.

"Algy, stop. Gue mohon lepasin, okay. Ini gak lucu."

"Lo tau, gue gak punya cara lain lagi. Otak gue buntu. Gue pikir cuma dengan ini gue bisa milikin lo."

"Algy, lo ngaco!"

"Gue ngaco karena lo, Shaf."

"Algy, istighfar!"

"Gue bahkan gak takut kalo gue harus dibenci orang karena udah ngambil kesucian lo."

"Nggak! Lo kesurupan kan! Algy ini gak lucu gue mohon lepasinnn.." Shafa sudah memohon-mohon sambil hampir menangis. Tubuhnya menggeliat berusaha melepaskan diri dari Algy. Shafa takut Algy benar-benar merealisasikan ucapannya tadi. Shafa sudah keringat dingin sekarang. "Algy, gue mohon..." Menangis. Shafa menangis saat mengucapkan ini.

The WorstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang