Ardi duduk tidak tenang di jok belakang sambil berkutat pada layar ponselnya, sementara Algy dan Angel duduk di depan sembari menggenggam tangan satu sama lain. Ardi mencibir, Angel yang memintanya tadi, tidak bisakah orang itu berpikir jernih seperti Shafa? memangnya dimana mata Angel sampai tidak lihat sedang apa abangnya saat ini?
Awas aja kalo gue nyampe mati kecelakaan garagara lo ya, nenek lampir. Batin Ardi gemas setengah mati.
Ardi lalu memiringkan badannya, ia memejamkan matanya sesaat untuk menghindari pemandangan tidak menyenangkan itu. Tangannya yang sudah sangat lihai mulai menari-nari di atas keyboard handphone-nya.
"Argh!" sergah Ardi. Handphone-nya mati, hanya meninggalkan layar hitam beserta logo apple tergigit di tengahnya. Dan ini terjadi disaat kalimat itu hampir selesai. Kalimat ... apa?
"Bang, minjem HP ya?"
Algy menggumam sebentar. "Buat?" tanyanya sarkastik. Ardi berdecak kesal dan meninju pelan jok kemudi Algy. "Ah buruan kek bang!" kesal Ardi. Mukanya sudah memerah.
Algy berdeham. Maksudnya iya.
"Yes!" seru Ardi keriangan. Ia langsung saja mencondongkan badannya ke depan untuk mengambil handphone Algy di dashboard.
"Arigatou, Abang! Abang emang paling bae' sedunia!" seru Ardi lagi, nadanya sarat akan kebahagiaan yang meluap-luap. Algy menggeleng tidak mengerti, entah karena apa adiknya menjadi sangat lebay setelah ke Jakarta. Eh tapi ini bukan salah Jakarta ya..
Algy juga sedikit menelan ludahnya. Cara bicara Ardi telah mengingatkannya akan seorang Shafa yang kejepangan. Shafa yang berparas kental Jepang-Melayu. Algy memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil, lalu tertawa menggigit bibir bawahnya sendiri. Ia tiba-tiba teringat wajah Shafa yang menggemaskan saat menirukan beberapa adegan di dalam komik atau anime di depannya. Dulu.
"Jadi, Ardi itu adik kamu ya, Al?" tanya Angel. Algy terkekeh, ia mengangguk mau tak mau.
"Dengan sangat menyesal, iya." jawabnya ditimpali dengan tawanya yang menggelegar, tapi tetap cool.
Algy menengok ke belakang untuk beberapa detik. Memastikan bahwa adiknya tidak mendengar itu. "Ar? Denger gak?" tanya Algy. Raut wajahnya tidak meyakinkan.
Ardi mengangkat wajahnya, dahinya berkerut. "Ha? Apaan?"
Algy tersenyum, tubuhnya kembali seperti posisi awal. "Enggak. Tadi kucing lewat bawa golok," canda Algy. Kemudian cekikikan sendiri.
"Dih, kagak lucu lo!" ketus Ardi sekaligus mencibir. Oh! Bahkan Ardi sudah terbiasa mengucapkan bahasa sehari-hari orang Jakarta. "Nih HP lo. Makasih ya, mantan-"
"Mantannya siapa?"
Ardi mengunci mulutnya rapat-rapat. Matanya melirik kepada orang di depan yang sedang menatapnya, orang itu yang bertanya barusan. Nadanya terdengar menjengkelkan di telinga.
Ardi memutar bola matanya sembari menghentak hembusan nafas. "Jangan suka su'uzhan lo jadi cewek. Maksud gue mantan ketua gangster!" ujarnya dengan tak kalah menjengkelkan. Walau jawaban ini sedikit ngawur, tetap saja lebih baik dibandingkan dengan jawaban aslinya. Daripada Ardi harus menanggung segala resiko nantinya?
Angel melepas tatapannya dari Ardi. Ia pun segera mengambil ponsel milik Algy di dashboard. Ah.. hampir terambil, Algy menyentuhnya lebih duluan.
Angel mengerucutkan bibirnya seraya menghentak nafas asal. "Kamu kan lagi nyetir, jangan main HP dulu aja kenapa sih?" ucapnya malas. Algy tidak meresponnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Worst
RomanceTentang bagaimana seorang "Barbie hidup" yang berusaha disingkirkan oleh kehidupan, lewat persahabatannya, keluarganya, cinta, juga hobby-nya.