Bel pulang berdering sangat keras, tak ayal kehadirannya itu mengundang kebahagiaan bagi seluruh siswa yang sudah eneg berlama-lama di dalam kelas. Algy dan Ste berjalan beriringan di sepanjang koridor sekolah, kali ini dengan keheningan yang menyibak di antara mereka. Semenjak kecelakaan kecil di kelas tadi, yang mana menyebabkan jari telunjuk Algy berdarah, Algy menjadi lelaki pendiam. Tidak tahu mengapa, Algy yang sedang ingin men-staples kertas kehilangan kesadarannya, hingga kepingan staples itu bukannya menancap di kertas malah menancap di jarinya sendiri. Ini terjadi saat detik-detik menjelang jam istirahat.
Algy melirik frustasi pada jari telunjuknya yang terlilit oleh plaster.
"Al, gue gak jadi ke rumah lo ah" ucap Ste tiba-tiba. Algy menoleh, "Kenapa?"
Ste tidak menjawab. Dia hanya tersenyum-senyum.
"Sekarang kan tanggal 4!" ujar Ste, ia menaikkan alis kirinya sambil tersenyum pada Algy. Algy malah berkerut dahi.
"Terus?"
"Dih, lo ya!" Ste kesal. Ia berdecak sambil memutar bola matanya. "Lo kan besok 3 bulanan sama malaikat lo! Siapa tau lo mau nyiapin something special buat your Angel!" lanjut Ste. Ia tertawa di akhir kalimat.
Algy berhenti melangkah.
"Ste" ucap Algy lirih. Ste berdeham, maksudnya iya dia dengar.
"Gue jadian sama Angel tanggal 6."
Oh. Gue salah. Batin Ste.
Algy tertawa terbahak-bahak. Setelah dirasa cukup, ia pun berhenti dan mengambil ponselnya di saku celana. "Menurut lo lucu gak kalo gue mutusin Angel hari ini? hari ini gue pulang bareng dia, ya terpaksa sih.."
Ste membulatkan matanya, ia lalu tertawa sampai terbungkuk-bungkuk. "Kenapa? Lo nyesel ya jadian sama cewek lain setelah lo janjiin Shafa bakal nikahin dia?" tanya Ste masih dengan tawanya yang menggelegar seantero belakang sekolah ini.
"Sssttt!" Algy mengisyaratkan Ste untuk menyudahi tertawanya yang berisik itu. Mereka berdua kini menjadi pusat perhatian warga sekolah. Ste berhenti, tapi masih tertawa kecil.
"Makanya dari awal lo jangan maksain buat jadian sama cewek lain kalo masih cinta Shafa! Gembel lo hahahaha"
"Ste... gue kayak gini juga karena gue pengen dia move on dari gue!"
"Ah, masa?"
"Ste, please. Gue emang deket sama Angel, dia duluan yang deketin gue. Mumpung ada gue jadiin aja. Tapi gue sayang beneran lama-lama."
"Iya lo bener. Tapi pas tau Shafa beneran move on dari lo lo rempong sendiri kan? Sedih sendiri kan? Gak jadi sayang kan sama Angel?"
Algy berhenti. Mereka sudah sampai di parkiran sekolah. Ia belum menjawab pertanyaan Ste. Algy membeku di depan mobilnya, semua yang Ste katakan benar. Algy jadi ragu pada sahabatnya yang satu ini, jangan-jangan dia mempelajari ilmu cara membaca pikiran seseorang.
Ah, tidak. Algy membuang pikiran seperti itu sejauh mungkin.
"Seharusnya setelah lo sadar udah nyakitin Shafa, lo janji sama diri lo sendiri buat gak pernah nyakitin cewek lagi."
Tepat sekali, Ste.
Baru saja, Ste mengatakan kalimat semulia itu. Tanpa ia tahu, kini Algy dibuat dilema oleh perkataannya. Ya. Algy yang hari ini berniat untuk menyudahi hubungannya bersama Angel, jadi ragu. Algy takut menyakiti hati Angel, ia takut mendapat kutukan dari wanita yang tersakiti. Algy sudah tidak ingin menerima karma lebih dari saat ini. Tapi ... ah, mengapa semua ini menimpanya?
Benar. Benar. Benar.
Semua memang salah Algy sendiri. Seandainya ia tidak pernah menjalankan hubungan istimewa ini dengan Angel, pastilah dilema ini tak akan menyerangnya. Dan parahnya, di sisi lain ia sudah menghancurkan mimpi seseorang, yang mana tadinya itu adalah tujuan mereka berdua di masa yang akan datang. Ya, sebuah pernikahan. Meski masih butuh bertahun-tahun menuju hubungan serius itu, setidaknya, mereka pernah merencanakannya, walau hanya bercanda. Tapi, dibilang bercanda juga sebenarnya ada keinginan dalam diri masing-masing. Lalu entah kenapa semuanya terasa cepat, hubungannya dengan Shafa ternyata sudah berakhir 5 bulan lalu, mimpi itu sirna akhirnya. Ironis-nya lagi, hubungannya dengan Angel akan menginjak usia 3 bulan 2 hari lagi. Algy mendesah pelan, semua ini terjadi di luar skenarionya.
Algy gundah setengah mati. Benar-benar tak menyangka ia akan sebodoh ini. Niatnya dia sendiri yang kan mengatur semua permainan ini, dia akan mudah memulai dan mengakhiri semuanya. Haha. Tidak. Dia tak berdaya buktinya. Dia tak lebih dari seorang pecundang. Dia bilang Shafa pengecut, tanpa sadar dirinya sendiri lebih rendah dari seorang pengecut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Worst
RomanceTentang bagaimana seorang "Barbie hidup" yang berusaha disingkirkan oleh kehidupan, lewat persahabatannya, keluarganya, cinta, juga hobby-nya.