23: If It's For You

105 13 0
                                    

•••

"Enak, kan?" tanya Willy, pertanyaannya itu langsung saja direspon anggukan oleh Shafa. Shafa menambah cepat cara makannya. Membuat Willy tertawa gemas melihat itu. Matanya menatap Shafa dalam-dalam.

Andai kita seiman, Shaf..

"Ini buatan lo?" tanya Shafa tiba-tiba. Willy buru-buru melepaskan tatapannya dari Shafa. Willy mengangguk. "Iya. Jadi gimana? Udah cocok jadi chef belum?" tanya balik Willy.

Shafa bergumam, terlihat seperti sedang berpikir. Lalu, gadis bermata lucu ini tersengir seraya menggeleng. "Gak!" ujarnya. Ia tertawa geli melihat raut wajah Willy yang berubah masam.

"Serius ah, Shaf. Gue besok mau buka stand makanan Jepang nih di Pesta Rakyat. Tapi gue datengnya abis gereja, sodara gue yang urus semuanya."

Shafa bergumam lagi. "Kalo gue bilang iya, gue bakal digratisin sesuka gue nggak?" tanya Shafa jahil. Kedua alisnya digerakkan ke atas ke bawah.

Willy gantian bergumam juga. Shafa melunturkan senyumnya.

"If it's for you, yes I will." ucapnya. Tersenyum menatap Shafa. Entah mengapa kini Shafa mendadak gelagapan, ia serasa kehabisan oksigen. Shafa menunduk membuang pandangannya dari Willy. Tersipu.

Sekarang Shafa yakin, Willy benar-benar penggemarnya.

•••

      Algy mencabut charger-nya dengan hati-hati. Terhitung sejak pulang sekolah kemarin, Algy sudah tidak pernah menyentuh ponselnya lagi. Melirik pun tidak. Selalu saja ada kegiatan yang membuatnya harus keluar dari schedule of the day-nya, dan isi dari schedule itu tak lain hanya makan, bersantai, ibadah, main HP, dengar musik, dan beberapa kegiatan tidak berfaedah lainnya.

Algy menghidupkan HP-nya. Memperlihatkan layar hitam dengan logo apel tergigit di tengah.

Kini satu persatu aplikasi yang ada di HP-nya mulai aktif, memunculkan angka-angka di pojok kiri atas ikon aplikasi tersebut. Algy mengernyit, tumben sekali ikon pesannya ada notification.

Algy membukanya, ia ingin tahu siapa yang telah mengirimi dia pesan. Algy membaca setiap kata yang ada di percakapan, hanya ada dua pesan, satu pesan terkirim dan satu pesan diterima. Isinya tak lain adalah permohonan maaf Ardi kepada .. kepada Shafa? Algy berjengit melihat nama yang tertera di antara rangkaian kalimat itu. Algy melihat ke layar teratas di bawah status bar, nomor Shafa kah itu? Mengapa tidak bernama? Bukankah Algy belum menghapusnya?

Algy lanjut membaca percakapan itu. Ardi terlihat percaya diri mengajak Shafa pergi ke luar untuk bersenang-senang. Diam-diam kini Algy tersenyum miring, dia lebih tahu banyak soal Shafa dibanding adiknya, si Ardi. Algy yakin, Algy yang kan memenangkan Shafa kembali.

Ah, apa yang barusan ia yakini? Memenangkan Shafa kembali? Setelah semua kebodohan yang ia lakukan?

Kau tak lebih dari seorang penjilat, Algy.

Algy berkerut dahi, melihat kalimat yang dikirimkan Shafa untuk Ardi lewat nomor teleponnya. Shafa memaafkan Ardi dengan sangat mudah, Algy tidak mempermasalahkan itu, dia maklum, Shafa memang pemaaf. Namun yang masih tak bisa Algy terima adalah bagaimana Shafa bisa menerima ajakan tersebut dengan mudah pula. Algy tak menyangka, Shafa yang harinya terbiasa dipenuhi dengan banyak buku dan komik kesayangannya mau-mau saja menerima ajakan Ardi. Agak aneh menurut Algy, dulu saat Shafa masih bahagia bersama Algy, Shafa memang selalu terima diajak pergi bersama Algy, ya dengan catatan bukan ke tempat kekinian, itu juga saat status Algy adalah kekasih Shafa.

Adapun satu pertanyaan yang terbesit di dalam benak Algy sekarang. Siapa Ardi di kehidupan Shafa-nya?

Algy kini merasa tangannya ikut bergetar, getaran pada ponselnya merambat ke tangan. Algy melirik ke identitas penelepon, oh, malaikatnya *serius agak ngakak gue* memanggil. Satu panggilan masuk dari Angel.

"Iya, Ngel?" Algy mulai membuka pembicaraan. Wajahnya datar, lebih tepatnya tidak bergairah menerima panggilan ini.

"You are free now? kalo iya, jemput aku di sekolah ya!" ujar Angel entah dimana ia berada, yang pasti di sekolah. Algy menggumam sebentar.

Bahkan tidak sebentar, Algy kini malah bermain-main dengan pikirannya lagi. Algy sejujurnya sangat malas pergi kemana-mana hari ini, apalagi untuk Angel, cukup saja Minggu-nya esok hari kan dilibatkan oleh orang ini. Tetapi barangkali ada suatu keajaiban seperti hari kemarin, barangkali ia bisa mengamati sosok cantik itu lagi. Senyum Algy mengembang sempurna, iya, Shafa hari ini juga sedang ikut kegiatan ekstrakulikuler pasti. Algy tak tahu mengapa, semangatnya tiba-tiba berkobar begitu mengingat nama itu lagi.

Algy pun membuka mulutnya, ia sudah menemukan jawabannya. "If it's for you, yes I am free now!" seru Algy. Masih dengan senyum khas Algy.

The WorstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang