17: See You Again

106 13 0
                                        

"Semacam ingin belajar membalas perasaan yang mengejar sekarang, namun masih tak percaya yang dulu sudah berakhir."

•••

      Shafa menghempaskan tas gendongnya pada tempat tidur. Ia lalu pergi ke cermin dan mendekatkan wajahnya pada cermin. Entah apa yang mendorongnya untuk ke cermin saat ini. Ah, iya, Shafa ingat. Shafa ingin melihat wajahnya secara men-detile. Dia ingin tahu apa yang menarik pada dirinya, sehingga banyak lelaki yang menyukainya, menginginkan posisi yang sama seperti Algy dan mantan-mantannya yang lain.

"Bisa dandan nggak, pake perhiasan juga nggak. Terus apa yang menarik?" gumamnya sambil menyentuh bagian-bagian wajahnya.

'Cklk'

Shafa tersentak menjauhkan wajahnya dari cermin. Shafa terkesiap. Matanya melirik ke arah pintu yang dibuka oleh seseorang, ia menunggu orang itu datang.

"Eh, ibu." ucap Shafa begitu mendapati ibunya yang baru saja masuk, di tangannya terdapat banyak tumpukan pakaian. Kelihatannya baru selesai disetrika.

Shafa menyadari kedatangan Anisa, buru-buru Shafa berjalan cepat menuju sang ibu yang sedang bersusah payah itu. Lalu mengambil lebih dari setengah tumpukan pakaian tersebut. "Duh ibu, kan Shafa yang janji mau setrikain ini semua. Kan ibu capek jadinya.." ucapnya sembari menyusun tiap lipatan baju ke lemarinya.

Anisa tersenyum, ia merasa sangat beruntung dikaruniai anak perempuan macam Shafa. Anisa merasa didikannya kepada Shafa selama ini sudah dibayar. Shafa tumbuh menjadi perempuan hebat, yang tidak hanya cantik dan pintar, tapi juga bisa diandalkan dalam urusan rumah tangga. Anisa sangaaaat yakin, Shafa-nya itu kelak kan mendapatkan pendamping yang baik pula.

Anisa hanya bisa mengusap punggung Shafa seraya berdoa dalam hati, Semoga anak ibu ini dicintai oleh orang baik, dan mencintai orang baik juga.

Shafa tak melanjutkan kegiatannya, tiba-tiba saja gerakannya menjadi sangat lambat dan sulit untuk dilakukan setelah melihat sebuah jaket yang dilipat rapi di antara baju-bajunya. Jaket itu, jaket si pemilik nama Ardivansyah Bayu Dwiputra, yang dia kenal sebagai adik kelasnya, adik laki-laki Algy, teman sekelas Angel, teman satu tim basket William, dan .... entahlah, Shafa masih ingin menjadi teman biasanya Ardi, tanpa ingin dengar langsung dari Ardi perasaan pemuda itu padanya, meski sebenarnya ia sudah tahu Ardi menyukainya.

Shafa ingin berhati-hati, takut jatuh ke lubang yang sama.

"Shafa, itu jaket teman kamu gak dibalikin?" tanya Anisa, detik itu juga lamunan Shafa lenyap. Shafa terkekeh. Ia membalikkan badannya untuk menatap Anisa.

Shafa menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Ka..pan yah.." ucapnya. Shafa tidak siap menginjakkan kaki di rumah itu lagi. Tidak mungkin kan Ardi dan Algy tinggal di rumah yang berbeda?

"Nanti kamu keburu lupa loh.."

Shafa tertawa kecil, ia melirik ke arah lemarinya, disana banyak barang Gea yang tertinggal atau ia pinjam dan selalu lupa untuk dikembalikan.

Shafa menghirup oksigen lebih, lalu mengeluarkannya dengan santai. "Iya aku balikin hari ini. Tapi aku mandi dulu." ucapnya.

•••

      Algy menghentikan mesin mobilnya setibanya di pekarangan rumah Angel. Algy keluar pertama-tama, menyisakan Ardi dan Angel di dalam. Tuhan masih sayang Algy rupanya, pemuda itu bersyukur di dalam hati, matahari telah eksis kembali. Langit sudah tak mengguyur mobilnya lagi.

The WorstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang