COLD

7.7K 956 30
                                    

Aku berlari sekuat tenaga menaiki tangga menuju rooftop, aku memaksakan kaki ku yang sudah lelah dan perutku yang begitu sakit karna tidak makan sejak semalam.


Ketika sampai di puncak tangga, aku meraih gembok yang menggantung, membuka pintu, menutupnya kembali dan


'Klik'



Aku menguncinya.



"EEGGHHH...!!! EEGGHHH...!!!!"

Aku memukuli dan menendangi pintu rooftop dengan membabi buta, emosi ku sudah tak tertahan.




"AAAKKKKHHHHHHH...!!!!"

Aku menjambak rambutku dan menyandarkan dahi ku di pintu rooftop, air mataku mengalir, lagi.


Sesaat kemudian aku berbalik dan berjalan begitu lemah, aku benar-benar merasa sedang sekarat.

Aku berjalan ke tengah dan jatuh berlutut di sana.

Langit gelap yang mendung menemani tangis ku yang pecah.

Aku berlutut, menangis sejadi-jadinya.

Aku mencengkeram kerah baju ku dan mengeraskan rahangku.

Belum pernah aku sehancur ini.


Mengapa semua terjadi pada saat yang sama, aku kehilangan teman-temanku, Minji, Jungkook, appa, eomma dan juga Taehyung.

Aku memutar kembali kenangan-kenangan ku bersama mereka.

Aku mengingat Minji yang selalu ada untukku.

Aku mengingat Jungkook.

Orang yang selalu bisa membuatku tersenyum.
Aku mengingat saat pertama aku bertemu dengannya, dia membuat sticky notes dan aku masih menyimpannya sampai sekarang.
Dia memberiku setangkai mawar putih yang wangi dan aku juga masih menyimpannya, berikut mawar merah yang sudah benar-benar kehilangan kelopaknya.
Senyum nya terbayang-bayang melintas di pikiranku.
Membuatku semakin sakit karna aku kehilangannya sekarang, seperti mawar merah itu.
Aku kehilangan senyum kelincinya.


Sesaat kemudian Taehyung menggeser Jungkook dari pikiranku.

Aku mengingat saat-saat dimana kita bertengkar.
Saat Taehyung menyelamatkan ku di kolam renang, saat Taehyung datang menghajar berandalan yang memukuliku, saat Taehyung mengungkapkan apa yang ada dalam hatinya, waktu itu aku tidak benar-benar tidur. Aku mendengar segala yang di katakan Taehyung.
Aku mengingat saat ia rela mendapat hukuman demi aku, ia menggenggam ibu jariku dan mengangkatnya.

Air mataku semakin deras saat aku sadar bahwa mereka membenciku saat ini.

Aku merangkak menuju pagar pembatas.

Seperti biasa, aku duduk sambil menyelipkan kedua kaki ku di antara besi pembatas, membuatnya menggantung dan berayun.

Aku memeluk besi yang terasa dingin di kulit ku.

Sesaat kemudian aku kembali hanyut dalam kesedihan.

Yang aku ingat saat ini adalah Jimin.

Aku benar-benar kecewa padanya.

Orang yang aku anggap benar-benar mencintaiku,
orang yang ku kira hanya satu-satunya yang tersisa untuk ku... dan ternyata ia menghianatiku.

Kepalaku berdenyut hebat mengingat semuanya.

Aku mengingat saat jimin menyelamatkan ku.
Saat ia menyatakan perasaan nya padaku, dia sangat lucu karna terlihat malu-malu.
Saat ia berbaring di pangkuan ku, tersenyum tanpa henti, seakan membuatku merasa bahwa aku adalah orang yang paling di inginkannya di dunia ini.
Aku mengingat reaksinya yang menggemaskan saat gagal menciumku.
Aku mengingat saat ia mengirim fotonya padaku, dia begitu lucu.
Aku mengingat saat terakhir ia menggendong dan memutar-mutar badanku, saat aku tiba di gerbang rumah dan ia pulang dengan berjalan mundur.
Senyumnya yang manis, yang selalu membuat matanya tenggelam terpampang jelas di pikiranku.

GAZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang