FINALY

7.3K 841 21
                                    

-Jungkook POV-

Aku dan Jimin sedang berdiri berdampingan di balik pintu kaca, menatap Yoora yang semakin hari semakin memburuk.

Entah apa yang harus aku lakukan, aku tidak bisa menghubungi Taehyung, haruskah aku mencarinya di setiap penjuru Seoul?

Kami menatap seseorang berjas putih yang kini baru saja keluar dan berdiri menghadap aku dan Jimin.

"Bisa aku bicara dengan salah satu?"
Tanyanya.

Aku dan Jimin saling bertatapan.

Sesaat kemudian, "kau saja." Kata Jimin.

"Eoh.."

Aku mengangguk dan mengekor di balik punggung sang dokter.

Tak lama, aku sudah sampai di sebuah ruangan putih dan dipersilahkan untuk duduk.

Ku tarik nafas dalam-dalam, berharap dokter ini tidak mengatakan sesuatu yang buruk tentang Yoora.

"Boleh ku tau namamu?"
Tanyanya.

Aku mendongak, "ye?"

"Em, joneun Jungkook imnida."
Sambungku.

"Aku teman dekat Yoora."

Dokter itu hanya mengangguk dan beberapa saat kemudian mulai buka suara.

"Ku rasa lebih baik aku bicara padamu karna tidak ada walinya di sini."

Aku mengangguk, diam, menunggunya bicara.

"Apa kau tau hal apa yang bisa membuat Yoora seperti ini?"
Tanyanya.

Aku membuka mulutku, haruskan aku menceritakan semuanya?

Aku menarik nafas dan mulai bercerita.

"Mmm.. ia membutuhkan seseorang, tapi seseorang itu tidak menemuinya beberapa hari ini dan ini.... ada hubungannya dengan ayah Yoora."

Aku menunduk.

"Ayahnya melarang temanku itu untuk menemui Yoora lagi, karna beliau berpikir bahwa semua ini terjadi karena temanku."

"Dia kekasih Yoora."

Aku menatap dokter yang sedari tadi menyimak ceritaku.

"Kau tau, kejadian ini bukan karena efek kecelakaan."

Aku memicingkan mataku.

'Maksudnya?'

"Baru saja Yoora melakukan percobaan bunuh diri."

'Mwo?'

Aku terbelalak mendengar apa yang baru saja dikatakannya.

"Yoora tidak meminum obatnya tadi malam, ia menyimpannya dan meminumnya sekaligus tadi pagi. Jadi total obat yang Yoora minum ada 10 butir dengan dosis yang berbeda-beda, tentu tubuhnya langsung bereaksi."

Aku terdiam mendengarnya.

Jika saja penanganannya terlambat, mungkin Yoora akan meninggalkanku selamanya.

"Kami sudah memompa dan menguras lambungnya, beruntung tubuh Yoora cukup kuat hingga ia mampu bertahan."

Dokter itu mulai mengusap kepalanya kemudian menangkup kedua tangannya di atas meja.

"Lalu apa yang harus kami lakukan?"

"Sebenarnya Yoora sudah cukup pulih, hanya saja, tekanan batin membuat tubuhnya merespon negatif terhadap segala penyembuhan."

GAZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang