FAIL

6.9K 733 28
                                    

Hari demi hari berlalu.

kalender ini sudah penuh dengan tanda silang berwarna merah dan hari ini adalah dua hari menjelang pertunanganku dengan Jimin.

Aku menatap angka-angka itu satu persatu.

Waktu memang berjalan begitu cepat.

Ku seret telunjukku dalam barisan angka-angka itu, sungguh sayang, mereka adalah hari-hari tanpa arti dan kenangan.

Aku masih menyeretnya menyusuri deretan angka dan berhenti.

Aku berhenti di tanggal 30.

Ku tatap dengan nanar angka itu, di atasnya tertulis kecil namun rapih dan terbaca 'KT Bd♡' yang berarti 'Kim Taehyung Birth day'.

Aku menelan salivaku saat menyadari bahwa tanggal 30 adalah besok.

Apa yang harus aku lakukan?

Apa yang harus aku beri pada Taehyung?

Apa yang harus aku tunjukkan padanya?

Aku jatuh terduduk di lantai.

Ku peluk lututku dan membenamkan wajahku di sana.

Aku sungguh merindukan Taehyung, aku sungguh-sungguh merindukannya.

Aku ingin bertemu dengannya.

Aku ingin melihat senyum di wajahnya.

Aku ingin mendengar tawanya.

Aku ingin membelai rambutnya.

Aku ingin segalanya.

Taehyung, andai kau tau betapa menderitanya aku selama ini.

Andai kau tau betapa menyakitkannya menjadi aku.

Andai kau tau betapa jantungku akan meledak saat aku menangis di tengah malam hanya karna mengingatmu.

Kau satu-satunya yang mampu membuatku segila ini.

Aku tau, semakin aku mengingatmu aku akan semakin sakit, tapi semakin aku berusaha melupakanmu, semakin bayanganmu berkeliaran di pikiranku, mencegahku untuk melupakan semuanya.

"Na-n.... eottoke??"
Kataku lirih.

Aku meremas rambutku dan menyandarkannya ke tembok.

Sesaat kemudian aku bangkit dan menghadap cermin.

Ku tatap wajahku dalam-dalam.

"Kau menyedihkan..."

Aku memaki diriku sendiri.

"Gadis yang sangat menyedihkan."

Tanpa sadar air mataku jatuh.

Hidung dan mataku memerah.
Bibirku bergetar dan tenggorokanku terasa panas.

"Haruskah aku menyerah?"

"Kau akan jadi manusia terbodoh jika menyerah begitu saja."

Percakapan antara kedua kubu dimulai.

Entah aku ini gila atau apa, aku selalu begini. Berdiskusi dengan ego dan naluri.

"Tapi aku lelah menangis."

"Kalau begitu jangan menangis."

"Aku tidak bisa berhenti menangis."

"Kalau begitu kejar orang yang mampu menghentikan tangismu."

GAZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang