"Jimin..."
"Ne...."
Jimin menjawabku, suaranya benar-benar lembut.
'Jimin, andai saja kejadian itu tidak pernah terjadi, mungkin saja aku sudah jatuh cinta padamu sejak dulu.'
Aku menatap Jimin yang sedari tadi menyuapiku makan, tidak seperti kemarin malam, hari ini aku begitu lambat, butuh waktu beberapa menit untuk menelan sepenuhnya sesuap bubur, aku menelannya sambil melamun, tentu saja memakan waktu yang lama.
Jimin benar-benar sabar menghadapiku, sepanjang waktu senyumnya terus ia pertahankan.
Meski begitu, aku masih merasa canggung padanya. Walau bagaimana pun, Jimin tetaplah Jimin, meski Jimin yang sekarang berbeda dengan Jimin yang dulu.
"Aku ingin makan sendiri..."
Kataku lirih."Ohh, arasseo..."
Jimin mengangguk dan memindahkan mangkuk di tangannya ke tanganku.
Perlahan tapi pasti aku menelannya satu persatu.
Jimin masih menatapku.
"Jangan menatapku seperti itu..."
Kataku tanpa menatapnya.
Jimin terkekeh.
"Aku hanya ingin memastikan bahwa kau benar-benar menelannya, bukan membuangnya ke kantong plastik."
Gulllppp....
Aku menelan bubur itu dengan sekali tegukan.
Perahan ku tatap Jimin, senyum manisnya berubah menjadi senyum jahil.
Kulihat telunjuknya yang menunjuk ke sebuah arah.
Ya, Jimin menunjuk kantong plastik yang ku gunakan untuk membuang bubur.
"Yaaiiisshhhh....."
Aku menunduk dengan kasar dan mendengus.
Jimin tertawa dan mengelus puncak kepalaku, "ayo cepat habiskan...."
Meski aku merasa sudah menelanya puluhan kali, bubur ini tidak kunjung habis.
"Kenapa?"
Jimin menatapku yang sedang mengaduk-ngaduk bubur di tanganku.
"Buburnya tidak enak?"
Tanyanya lagi.Aku mengangguk perlahan, "emm...."
"Kau ingin pizza?"
Tanyanya.Sontak aku langsung mendongak dan mengangguk dengan cepat.
Sudah lama aku tidak makan pizza, yang aku makan hanya bubur, bubur dan bubur, sungguh membosankan.
"Mmm... baiklah, kalau ingin pizza, habiskan dulu buburnya, tidak baik membuang-buang makanan."
Kata Jimin."Tapi--"
"Ayo, sedikit lagi..."
'Sedikit? Ini masih setengah mangkuk.'
Aku mendongak dan mengacak rambutku.
Ku tatap bubur menyebalkan itu dan mulai melahapnya lagi.
"Gadis yang baik..."
Jimin mencubit pipiku."Diamlah, atau aku akan menyemburnya."
Kataku dengan nada datar dan sedikit kesal.
"Oops...."
Jimin menaikkan alisnya dan meletakkan empat jarinya di bibirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
GAZE
Fanfiction[COMPLETE]✔ Yoora, seorang gadis yang duduk di tahun kedua menengah atas, di pertengahan semester ia mendapat teman baru. Awal-awal terasa wajar dan biasa saja, namun semakin lama, Yoora merasa ada yang aneh. Apa yang menyebabkan keanehan ini? Apaka...