PAIN

6.7K 746 26
                                    

Aku bergegas menuju garasi dan mengeluarkan mobilku.

Sejenak ku lenyapkan pikiran kacau ku tentang Jimin, yang aku fokuskan kali ini hanya Taehyung.
Kim Taehyung.

Aku menginjak pedal gas dengan cepat, membawanya melaju mengalahkan angin malam kota Seoul.

Beberapa menit aku menyetir, HP ku kembali bergetar.
Dengan hati-hati aku menggeser ikon hijau ke kiri.

"Yeoboseyo oppa..."

"(...)"

"Sudah dekat, sebentar lagi sampai."

"(...)"

"Mwo???"

"(...)"

"Aiisshhh-- baiklah aku putar balik."

Saat sambungan terputus, aku melempar ponselku ke jok sebelah dan langsung berputar arah.

Sial, jalanan ramai dan sedikit macet.

"Ahhh, eottoke!!!!"

Aku mengacak rambutku dan membenturkan dahi ke setir beberapa kali.

Aku memutar otak ku.

'Tidak adakah jalan tikus?'

Ya, benar, aku harus mencari jalan pintas. Untungnya, aku sedikit hafal daerah sini.

Aku membelokkan mobilku dan melaju dengan kecepatan sedang di jalan yang tidak begitu besar.

Syukurlah, jalanan ini tidak ramai, aku bisa sampai dalam beberapa menit.

"Aku datang..."
Bisikku.

Ku injak pedal rem dengan sigap saat aku sampai ke tempat tujuanku.

Ku lihat Namjoon sedang berdiri di dekat gerbang rumah Taehyung.

Buru-buru aku keluar dan menghampiri Namjoon.

"Apa yang terjadi?"
Tanyaku.

"Saat aku pulang tadi, aku melihat Taehyung di sebuah kedai. Nah, sambil berjalan, aku menelpon mu."

"Tapi saat aku keluar lagi, aku melihatnya masuk ke dalam rumah, jadi aku menyuruhmu untuk memutar balik. Dia membawa kantung plastik yang lumayan besar, entah apa isinya."

Aku diam.

Beberapa saat aku menunduk dan berpikir keras.

"Sebaiknya kau melihatnya."

Aku mengangguk dan berjalan perlahan menuju rumah Taehyung.
Namjoon membuntutiku dari belakang.

"Oppa, tunggu di sini saja. Aku akan melihatnya sendiri."

"Ne.."

Namjoon mengangguk dan menunggu di dekat pintu.

Kini aku sampai di rumah yang aku rindukan.

Ku tatap dengan intens lelaki yang duduk memunggungi di depanku.

Dan satu yang membuatku tidak percaya.

Ada 3 buah botol minuman di hadapannya dan 1 diantaranya telah kosong.

Aku menelan salivaku.

Aku begitu merindukan Taehyung, sangat, tapi saat aku melihatnya, mengapa ia sekacau ini?

Hatiku pedih melihat keadaan Taehyung.
Ia terlihat lelah dan tidak terurus, bahkan di cuaca dingin seperti ini, ia hanya menggunakan baju berlengan panjang 1 lapis.

Aku mengatur nafas.
Ku buka perlahan sepatuku dan berjalan perlahan tanpa suara.

Saat beberapa langkah di belakangnya, aku memberanikan diri untuk bersuara.

GAZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang