HARD CHOICE

8K 712 14
                                    

Beberapa hari ini terasa berbeda bagiku.

Ya, yang pertama, Taehyung selalu ada di sisiku.
Tentu aku bahagia, aku harap masih banyak sisa waktuku yang bisa aku habiskan dengannya.

Yang kedua, kurasa Jimin sudah mulai merelakan ku.
Aku menganggap perhatiannya yang kemarin adalah perhatian terakhir sebelum ia berpindah hati.
Baguslah, aku tidak lagi dibayang-bayangi oleh perasaan ku dan perasaan Jimin padaku, yang ku dengar, Jimin mulai membuka hatinya dan terlihat dekat dengan adik kelasnya, aku harap hubungannya akan berjalan baik.


Tapi satu yang aku sayangkan.

Poin ketiga.

Sejak keluar dari rumah sakit, Jungkook jarang mengirimiku pesan bahkan bertemu.
Aku tidak tau mengapa ia begini, mungkin ia sibuk karna harus mengejar pelajaran yang ia tinggalkan berhari-hari, atau karna faktor lain, aku tidak begitu mengetahuinya.
Aku hanya berharap, surat dan mawar itu bukanlah yang terakhir untuk ku baca.


Beberapa hari ini moodku selalu baik, tidak ada yang mengganjal dan memancing kembali emosiku.
Aku harap seterusnya bisa seperti ini.


Hari ini aku pulang bersama Taehyung, kami berjalan kaki dengan santai dan Taehyung menggenggam tanganku, selalu.

Hari ini kami tidak pulang terlalu sore, entah karna apa, sekolah membubarkan semua murid.



Ku rasa musim dingin sudah tiba, udara semakin hari semakin menusuk kulit dan matahari sedikit malu memancarkan sinarnya.

Beberapa menit kami berjalan hingga akhirnya aku dan Taehyung sampai di depan gerbang rumahku.

Langkah kami tentu berhenti. Taehyung masih menggenggam tanganku dan berbalik dengan senyum manis di bibirnya.

Senyumnya membuat hatiku hangat, aku merasa bahwa aku memiliki matahari pribadi yang selalu menghangatkanku setiap waktu.

Aku membalas senyumnya dan membelai pipi kirinya perlahan.

"Di luar dingin, cepat pulang dan nyalakan pemanas ruangan, buat dirimu hangat."
Kataku.

Taehyung diam dan dengan cepat menarik tubuhku.


"Jika kau pemanasnya, aku rela setiap hari kedingingan."


Taehyung mempererat pelukannya dan membenamkan kepalanya di pundakku.

Aku hanya tersenyum malu menghadapi tingkahnya yang selalu berhasil membuatku berbunga-bunga.

"Sudah, aku mau masuk...."

Taehyung memelukku begitu erat hingga aku sulit bernafas.


"Tahan, 10 menit lagi..."


Taehyung malah semakin mempererat pelukannya.

"Yaakkk, aku bisa mati membeku di sini."

Aku memekik dan menepuk-nepuk punggung Taehyung.

"Biarlah, kita akan mati dengan romantis seperti Romeo dan Juliet."

Aku mendengus. Taehyung benar-benar tidak bisa dilawan.

Beberapa waktu aku hanya diam dan tidak berkutik, Taehyung masih menempel di tubuhku.
Mungkin ia pegal, akhirnya Taehyung melepas pelukannya.

Aku menatapnya sambil mengatupkan bibir.


"Tto bwayo chagiya...."

GAZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang