HALF

14.3K 909 201
                                    

Aku sampai pada sebuah rumah yang tidak terlalu besar, lantas berjalan menuju sebuah bangunan yang terpisah dari rumah itu.

Aku mengecek kembali alamatnya, berjaga-jaga barangkali salah.

Setelah selesai mengecek, aku meyakinkan diri bahwa tempat ini benar.

Tookk... ttookkk... ttookk...

Tookk... ttookk...

Dua kali aku mengetuk pintu, seorang lelaki berperawakan tegap dengan baju hijau muda membuka pintu dan menyapaku dengan ramah.

Ia mempersilahkan ku duduk, kemudian memperkenalkan diri.

"Joneun Lee Hoogae..."

Aku menjabat tangannya dan mengangguk kecil, "Jung Yoora imnida.."

Kemudian kami saling melepas dan mulai membicarakan tujuanku datang kemari.

Saat selesai bicara dan mendengar tujuanku, ia menghela nafas berat, "kau yakin?"

"Kemungkinannya sangat tipis, mungkin hanya ada 2 dari 10 kasus."

Aku terdiam, berkedip berulang kali. Sebenarnya aku takut, tapi aku yakin aku bisa.

"Lakukan saja... aku akan berjuang semampuku."
Kataku lirih.

Pria itu tampak menyayangkan keputusanku, meski begitu, aku harus tetap melakukannya.

"Aku mohon. Kita tidak punya banyak waktu, sebentar lagi mereka datang."

"Baiklah."

Dengan perasaan yang masih meragukanku, pria itu bangkit dan menggiringku ke sebuah ranjang kecil berwarna putih.

Ia menggulung lengan baju dan celanaku, memeriksanya dengan teliti.

"Cukup baik."
Katanya.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum tipis.

"Ini akan terasa sakit, mungkin."

"Jika ingin berteriak, berteriaklah, dengan begitu, bisa sedikit membantu untuk keselamatanmu, jangan menahannya terlalu keras."

"Ne..."

Kemudian ia berbalik mengambil sesuatu.

"Ahjussi..."

"Ye?"

"Bisakah nanti kau biarkan tirainya tetap tertutup selama aku melakukannya?"
Tanyaku.

"Ahh, geurae, aku akan menutupnya."
Katanya.

Selagi menunggu, aku banyak-banyak berdoa dalam hati bagi kelancaran hari ini.
Tak henti aku menggigiti kuku ku.

Aku tau ini akan sangat menyakitkan tapi aku harus berjuang, aku tidak boleh menyerah.

Tak lama, aku mendengar suara pintu mobil yang tertutup.

Aku menelan salivaku.

'Sepertinya mereka sudah datang.'

Jantungku mulai berdetak lebih dari normal, sebentar lagi perjuanganku di mulai.

Suara langkah kaki dan obrolan-obrolan kecil mulai terdengar semakin dekat, hingga akhirnya benar-benar dekat dan suaranya memenuhi ruangan.

Aku mendengarkan bincangan mereka dengan baik.

Banyak hal yang mereka bicarakan, tapi kebanyakan adalah sebuah pertanyaan, 'untuk apa kesini?', 'siapa orang baik yang mau menolongku?', kurang lebih seperti itu.

GAZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang