"Alfred? Kami tidak berpacaran, kami hanya menjalin hubungan seperti friend with a benefit. Aku yakin kau mengerti apa yang aku maksudkan." Kedua tangganya kini memegangi pinggangku. Harry sadarlah dan hentikan ini semua! Batinku segera menamparku untuk menghentikan drama ini. "Kau tidak ingin melakukan denganku? Apa aku kurang cantik? Apa aku kurang seksi?"
"Oh, Cara! Kau hampir sempurna. Hanya saja—" Suara deringan dari smartphoneku menyelamatkanku dari dewi penggoda sepertinya. Dengan segera aku mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelfonku lebih dahulu? "Ada apa? Kenapa kau menelfonku saat ini?"
"Huh? Apa aku tidak boleh menelfonmu?"
"Benarkah? Kau dimana sekarang? Apa itu sangat penting? Kau masih disana?"
"Harry, apa yang kau bicarakan?"
"Baiklah, aku akan sampai sana setengah jam lagi." Dengan cepat aku menutup panggilan. "Cara maafkan aku. Temanku membutuhkanku sekarang, mungkin lain kali kita bisa membahasnya." Mengambil kunci dan jaketku dari sofa di ruang tengah.
"Kau membosankan, Harry!" Dia mendengus dengan kesal, "Baiklah, aku akan pulang setelah melihatmu pergi." Apa? Dia masih belum menyerah?
"Kau ingin aku antar pulang?"
"Tidak, Harry! Aku membawa mobilku sendiri." Cara keluar dari rumahku berjalan keluar rumah dan memanaskan mobilnya. Aku segera menutup pagar dan memanaskan mobilku, "Aku akan segera pulang! Da-ah." Ucapnya dengan perlahan menghilang dari pandanganku.
Aku masih di dalam mobil dan memanaskan mobilku, setelah melihat mobilnya keluar dari pagar kompleks rumahku aku segera mematikan mesin mobil dan mencabut kuncinya kemudian keluar dan pergi menuju rumah Ken.
Mengetuk pintu dua kali dan segera masuk saat ia membukakan pintu, "Oh, Ken! You are my life saver! Cara, dia wanita gila! Dia menggodaku dan memintaku untuk menidurinya, beruntung kau datang menelponku. Aku berhutang budi padamu!" Ucapku kemudian melepaskan jaket dan menaruhnya sembarang di sofa ruang tengahnya.
"Berterima kasihlah padaku, Harry! Aku tadi melihat kau dengan Cara."
"Any way, kenapa kau menelponku?" Tanyaku menatapnya.
"Oh, lampu kamarku mati dan aku tidak bisa memasangnya, beruntungnya aku memiliki lampu cadangan jadi aku tidak perlu membeli lagi." Dia menunjukan padaku boks lampu yang ia maksud. Aku mengambilnya, dia berlari-lari kecil dan mencari sesuatu di bufet dekat tv. "Aku akan memegangi senternya."
Aku menaiki tangga diikuti dengannya di belakang dan masuk ke dalam kamarnya yang gulap gulita, "Percuma kau memiliki tubuh tinggi, Ken! Aku yakin kau 180 atau mungkin lebih, dan aku yakin kau bisa meraih langit langit kamarmu dengan berjinjit ...." Ironiku menatap wajahnya yang samar kurang penerangan.
"Aku bukannya tidak bisa meraih lampu, Harry! Hanya saja, aku tidak bisa memperbaiki lampu, bagaimana jika nanti lampunya rusak? Pecah atau mungkin meledak, oh! Aku benar-benar tidak bisa membayangkan hal seperti itu ...."
Aku melepas lampu bekas dan menggantinya dengan yang baru, kemudian berjalan diantara kegelapan mencari saklar lampu. Menyala, syukurlah ...
Kami kembali turun dan duduk di ruang tengah, "Ken, bisa kau memberikanku segelas teh dengan es batu?" Dia menganggukan kepala dan pergi menuju ke dapur. Aku mengambil remot tv dan memencet tombol dengan asal.
Dia datang dengan segelas teh dingin dan duduk di sampingku, "Bagaimana hubunganmu dengan Cara?"
"Buruk, Ken! Dia menginginkanku, kau bilang bahwa Alfred adalah pacarnya, tapi nyatanya mereka tidak berhubungan seperti itu," aku mengganti chanel lain dan menunjukan acara fashion show di New York.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIRE
FanfictionRank #451 in action pada 090117 Rank #67 in action pada 110117 Rank #62 in action pada 250117 Rank #346 in medical pada 110120 Rank #45 in action pada 160217 Highest Rank #9 in hendall pada 120120 Sebuah Fanfiction jenis AU yang menceritakan tentang...