Twenti

130 20 23
                                    


Ia memutar matanya tak berani menatapku secara langsung, menaruh gelas itu sembarang di meja, wajahku mendekati wajahnya, tangan kananku terlepas dari sandarannya pada meja, terangkat dan menaruh anak poni Ken yang hampir sepanjang sama dengan rambutnya ke belakang telinga. Ia melirik ke arah lain dan belum mau untuk menatapku.

"Kenapa aku menginginkan untuk mencium bibirmu sekarang, Ken?"

"Eh?"

Tatapan kami bertemu.

Aku semakin mengintimidasinya saat ia juga turut menatapku, dari mata, hidung kemudian pandanganku jatuh di bibir pink mate miliknya. Dia masih menatap mataku, aku mendekati wajahnya, bibirku bersentuhan dengan bibirnya dia menutup matanya perlahan begitu juga denganku saat sentuhan pertama itu.

Ken membalasku, sentuhannya pada diriku, aku yang memulai untuk menciumnya namun ia membalas ciumanku tapi efeknya langsung menjalar ke seluruh kulit di tubuhku.

Aku mendorongnya lebih ke dalam mulutnya, ia tadinya masih enggan untuk membuka mulutnya namun pertahanannya rusak karenaku, maksudku kami, yang memang berhasrat, menyelubunginya dengan giginya, dan menghisap bibir bawahnya dengan keras.

"Ssh-stopph it, Harry." Ia mendesis sedikit memundurkan kepalanya tanda ia ingin menyudahinya, aku akhirnya menurutinya, melepaskan bibirku dari tautannya.

Shit.

Pandangan kami bertemu lagi, ia menatap kedua mataku bergantian kemudian mendekatiku dan langsung mengambil kesempatan untuk menghisap bibirku lagi, aku menutup mataku begitu juga dengannya, menikmatinya.

Tangannya bergerak dan mengalungkannya di leherku, begitu juga tanganku yang sudah menjalar di pinggangnya dan yang satunya lagi di punggungnya takut seketika ia kehilangan keseimbangan karena tidak bisa menahan hasratku dan juga hasratnya.

Bayang-bayangku tentangnya untuk meminta berhenti ada di benakku, kenapa ia meminta berhenti dan justru meminta lebih, bahkan ia yang memulainya, membangkitkan semangatku untuk menulusurinya lebih, jadi aku memutuskan untuk melakukannya lagi, menghisap bibir bawahnya lebih dalam lagi, lidahnya berputar-putar di ujung. Hm, dia begitu memuaskan dan membuatku menginginkannya lebih.

Drrt... drrt...

SHIT!

Smarthponeku bergetar dan itu membuatnya menghentikan aktivitas kami.

Aku menatap Ken sesaat.

"Angkatlah, siapa tahu penting."

Aku mengambilnya dari saku celanaku, melihat dan mengetahui bahwa Ethan yang merusak suasana kami.

Aku mengangkat panggilannya.

"Cepatlah kesini, ada yang ingin aku bicarakan mengenai Pollux, aku sudah di apartemenmu."

"Baiklah, tetap disana, aku akan kesana sekarang." Aku segera mematikan sambungan telepon. Menatap kedua matanya. "Eum, m-maaf, kupikir aku harus pergi sekarang."

"Pergilah, sekarang. Kita bisa berbicara lagi lain kali."

Aku sudah mendapat persetujuan darinya, aku segera pamit dan pergi dari sini.

Aku sampai di apartemen tiga puluh menit setelahnya, menaiki lift setelah menyapa bellboy di pintu masuk basement. Bersandar di dalam lift, apa yang akan terjadi denganku besok? Mampukah aku untuk kembali menatap mata Ken seperti biasanya? Bagaimana jika ia gugup atau berusaha menghindariku, apakah ia akan marah denganku?

Memasukan passcode dan membuka pintu ke apartemenku. Ethan duduk di ruang tamu dengan macbook di mejaku, "Cepatlah kesini, man!" panggilnya dan aku segera melepas jasku menaruhnya asal dan duduk tepat di sebelahnya.

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang