Fifti:n

171 25 14
                                    



Aku menyetir dengan kecepatan 80km per jam. Menaiki lift, angka yang menunjukan ketinggian lantai melambat, seorang gadis masuk dan menekan tombol empat belas. Oh, jadi dia tetanggaku di bawah. Tak lama gadis itu keluar lebih dahulu, kemudian lanjut dan pintu lift terbuka untukku.

Diam sebentar, siapa sebenarnya dia? Aku mengepal keras tanganku dan menyembunyikannya di belakang punggungku bersiap jika sewaktu-waktu dia mungkin musuku.

Melirik, seorang gadis dan teman prianya langsung menyambut kedatanganku. Oh,... Cara dan Ethan ternyata yang datang.

"HARRY!" Dia berteriak memangggilku, aku berlari dan bersiap untuk memberikannya pelukan lama tidak bertemu, Ethan ancang-ancang untuk menyambut pelukan sambutanku. Aku memejamkan mataku sesaat saat ia membalas pelukanku.

Aku melepaskan pelukan kami dengan perlahan, "Dia begitu penasaran ketika aku menyebutkan namamu kemarin, kupikir Ethan mengenalmu dan ternyata dugaanku benar." Lirih Cara. Mungkin ia merasa tidak enak karena sebelumnya aku mengatakan untuk merahasiakan alamatku dari siapapun. Aku hanya tidak mau rencanaku gagal. Cara yang mencarikanku Apartemen mewah ini, dan aku akan sangat berterima kasih jika ia tidak mengatakan pada siapapun tentang alamatku. Tapi, karenanya aku bisa bertemu dengan kawanku Ethan, sudah berapa lama kita tidak bertemu? Tiga? Atau mungkin empat tahun yang lalu.

Aku mengajaknya masuk ke dalam setelah memasukan kode apartemenku di kunci pintu automatis. Kami berbincang ringan untuk memulai pembicaraan. Jadi Ethan adalah tetangganya Cara...

"Cara, bisa kau mengambilkan minum untuk kami?" Ethan menyinggung seolah ada pembicaraan pribadi yang ingin ia sampaikan.

"Baiklah, aku akan melihat isi kulkas Harry terlebih dahulu..." ucapnya kemudian meninggalkan kami berdua.

Ethan berdehem sebelum berbicara, "Kau sudah mendengar kabar tentang Pollux?" aku menggelengkan kepalaku, "Dia baru saja keluar penjara satu atau dua bulan ini, aku takut ia masih mengincarmu ataupun ibumu seperti dahulu, kau harus bersiap..."

"Dia masuk penjara?"

"Ya, dia terlibat kasus perampokan besar-besaran di salah satu bank swasta. Lalu sebulan yang lalu ia berhasil kabur dari penjara dan menjadi buron sampai sekarang. Kau sebelumnya tinggal di California bukan?" aku menganggukan kepalaku, "Keberadaannya sempat tertangkap dia di temukan berjudi di California, dan minggu lalu aku mendengar dia berada di Boston. Aku tidak begitu yakin bahwa dia mengincarmu atau tidak, tapi kita berdua tahu bahwa kau dan Evangeline yang menyebabkan ia masuk penjara. Eva tewas di tangannya sebelum ia benar-benar masuk penjara..."

Bulu kudukku merinding, aku mengusap kedua tanganku. "Aku baru saja memesan beberapa alat keamanan dan peralatan mata-mata, mungkin besok atau lusa barangnya akan sampai..."

Ethan melirik ke kanan dan ke kiri, ia memberikan tangannya untuk berjabat tangan denganku, aku menerimanya dan ia memberikan sebuah pisau padaku. "Bawalah setiap waktu, mungkin itu akan berguna untuk melindungi dirimu atau ibumu sewaktu-waktu..."

"Ethan, kau tahu aku seorang dokter! Maksudku aku sekarang calon dokter, aku magang di Rumah sakit bersama dengan ibuku, aku tidak bisa membawa senjata tajam!"

"Pisau itu tidak jauh beda dengan pisau bedahmu di Rumah sakit..."

"Aku bukan lagi dokter bedah, Ethan... aku sudah pindah jurusan ke anestesi, aku hanya memegang monitor dan obat bius, aku tidak memegang pisau bedah lagi..."

"Oh, ayolah... ini bentu khawatirku terhadapmu..."

"Aku mengerti Ethan, tapi..." ia memotong ucapanku.

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang