Twenti Seven

114 21 21
                                    

Ngiyung... Ngiyung...

Aku melirik dari spion dan melihat beberapa mobil polisi berada tepat di belakang mobil Pollux, dua motor mengapit mobilnya. Bagus. Dia mungkin sekarang sedang panik untuk mencari jalan keluar.

"Henry, bisa kau jaga gadis yang bersama denganku?"

"Apa maksudmu, Harry?" Ken berteriak dan suaranya bergetar.

"Aku akan menabrakan mobilku di belokkan dekat DCR Hatch Memorial shell. Namun akan lebih baik jika kau memanggil 911 atau ambulance dari sekarang."

"APA? HARRY? KAU GILA!!" Henry berteriak dan Ken masih bergetar, aku mulai merasakan nyeri pada punggung tanganku. Darah keluar mengalir dan darah segar mulai membasahi lengan kemejaku.

Aku mungkin sudah gila seperti apa katanya. Tapi mau bagaimana lagi?

Tidak ada cara lain untuk menghentikan mobil ini.

"Tidak ada cara lagi untuk menghentikan mobil, Henry!" Teriakku padanya, "Ken, cepat matikan teleponnya." Teriakku padanya. Ken gemetar namun ia segera mematikannya, dengan samar aku mendengar sepertinya ia menjatuhkan Smartphoneku.

Aku melepas sepatuku untuk mengganjal pedal gas, "1 KM lagi kita akan menabrak. Aku akan segera melindungimu di kursi belakang!" ucapku. Aku mencari ganjalan lain dan menemukan logam besi pengunci stir, aku menaruhnya dan mobilku berpacu semakin cepat.

Aku berdiri sedikit merunduk karena langit langit mobil cukup rendah.

Kakiku berada di kursi belakang namun tanganku masih bertopang di kursi depan, aku berusaha kesana, namun...

DUAR.

AH!

"HARRY!"

Seketika merasakan nyeri dan rasa sakit yang mendalam pada bahu kiriku, tanganku bergerak dan aku menyadari peluru tertanam disana saat darah segar keluar berceceran membasahi kemejaku.

Brengsek.

Aku ambruk, dan segera memeluk Ken melindunginya dalam dekapanku.

"Harry, kau berdarah!" Ia berteriak, dan aku mengetahui itu.

Rasa pusing di kepalaku kini berubah menjadi sakit, membuat aku kesulitan bernafas namun kesadaran masih dalam diriku walaupun pandangan mataku mulai sedikit kabur, aku memeluknya semakin erat, melindungi kepalanya dengan lenganku agar benturan tidak melukainya.

"Ada baiknya jika kau menutup matamu, Ken..."

BRUKK.

Aku menutup kedua mataku saat menyadari mobilku menabrak bangunan di depan. Membuat tubuhku berputar namun aku masih berusaha melindunginya, mobilku juga ikut berputar ketika terpental setelah menabraknya.

Dengan samar aku mendengar tetesan air entah apa itu. Darah? Tidak mungkin, bisa jadi bensin. Mobil ini akan meledak. Aku harus membawanya pergi menjauh dari sini. Hanya saja,

Bayangan putih memenuhi kepalaku.

"HARRY! BANGUN! CEPAT BANGUN! BODOH!"

Gadis itu berteriak membuat kesadaranku bangun, ia menyeretku ke luar mobil dengan tangannya yang tidak begitu kuat sebanding denganku. Ia terluka pada sikunya dan ujung matanya serta keningnya tergores, namun aku bersyukur ia sepenuhnya oke.

Mataku menyipit saat sinar cahaya dari lampu mobil menyinariku, aku menghalangi dengan tangan kananku, seseorang keluar dari sana dan menodongkan pistolnya dari kejauhan.

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang