Barbara sepertinya sedang terburu-buru, ia memberikan paperbag berisikan kemejaku yang sudah di cucinya, "Tunggu sebentar," aku berlari untuk mengambil dua paperbag dan memberikan padanya, "Itu milik kekasihmu, dan katakan maaf karena aku sudah menggunakannya lebih dulu..."
"Lalu yang ini?" dia mengangkat salah satu paperbag.
"Baju pasangan sangat berarti besar bagi sepasang kekasih, aku pergi ke toko tempatmu membelinya, tapi stok warna yang seperti itu sudah habis. Jadi, warna merah tidak masalah bukan?"
"Kau sungguh baik, terima kasih. Tapi aku berharap kau tidak melakukan tuntutan ke starbucks atas kejadian ini..."
"Tentu saja, aku sudah berjanji." Aku duduk di kursiku sementara ia memilih untuk tetap berdiri, "Barbara, sapu tanganmu benar-benar indah. Bisa kau tanyakan kepada Ayahmu dimana ia membelinya?"
Barbara menyembunyikan kepalanya sebentar, "Maaf, Harry. Tapi Ayahku sudah tidak ada disini lagi. Ia biasanya selalu membawanya, kupikir sapu tangan ini juga spesial untuknya atau ini satu-satunya yang ia miliki..."
"Oh, maaf, aku tidak bermaksud..."
"Tidak masalah. Ayahku dulunya orang yang sangat loyal, dia juga sebelumnya mengambil sekolah jurusan bedah jaringan dan saraf. Dia sangat tertarik dengan dunia farmasi, suatu hari ia pergi ke Lab untuk membuat sebuah vaksin, sayangnya terjadi kesalahan sehingga ia terkena racun dari bahan kimia yang di gunakan, Terjadi ledakan kecil di Lab..."
"Dia meninggal karena vaksin yang ia buat?"
"Bukan, ia bertahan dan segera di bawa ke rumah sakit. Selama beberapa bulan ia di rawat namun setelah itu ia tewas di ranjang kamar rumah sakitnya. Aku tidak kejadian sebenarnya, tapi itu yang di katakan orang dari Rumah sakit..." Hidupnya begitu menyedihkan.
"Dimana kau saat itu?"
"Aku tinggal dengan bibiku karena rumahnya dekat dengan kampus, aku sedang melaksanakan ujian akhir semester dan tidak bisa datang di saat terakhirnya, saat aku tiba di rumah orang tuaku, aku menemukan ibuku bunuh diri di dapur..." Ia mengadahkan kepalanya keatas seperti mencoba untuk menahan air matanya agar tidak jatuh.
"Kau baik-baik saja?" aku berdiri dan menanyakan keadaanya.
"Harry, terima kasih atas semuanya. Aku harus pergi karena aku hanya izin sebentar dari pekerjaanku."
"Dimana? Aku bisa mengantarkanmu..."
"Terima kasih, Harry. Tapi aku sudah memiliki kekasih, aku takut orang lain melihat..." dia benar, "Kalau begitu permisi..." ucapnya membawa paperbag dariku dan pergi menghilang dari apartemenku..
*
Aku memanggil Ethan satu jam sebelum jam magangku, ia segera berangkat setelah lima menit aku menelponnya pagi buta untuk memata-matai Barbara. Aku sudah mencapai lima belas persen untuk menemukan kebenarannya, aku tidak akan goyah apapun yang terjadi.
Ethan datang dan aku segera membuatkannya kopi panas untuknya, aku sudah mengirimkan data diri tentang Barbara, alamatnya, dan beberapa hal yang harus ia cari tahu mengenai kedua orang tua Barbara. Akan lebih baik jika Ethan menemukan orang terdekat Miranda dan Paman Leonard seperti temannya atau keluarganya.
Aku juga sudah menjelaskan kejadian yang sejujurnya pada Ethan dan dia sekarang bisa mengerti tentang kondisiku, aku cukup mempercayai Ethan sejak dulu. Aku harus berangkat magang sepuluh menit lagi agar tidak terkena kemacetan, aku membiarkan Ethan untuk tinggal dan merawat apartemenku untuk beberapa hari ke depannya, termasuk akses menuju ruang rahasia di balik ruang kerjaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIRE
FanfictionRank #451 in action pada 090117 Rank #67 in action pada 110117 Rank #62 in action pada 250117 Rank #346 in medical pada 110120 Rank #45 in action pada 160217 Highest Rank #9 in hendall pada 120120 Sebuah Fanfiction jenis AU yang menceritakan tentang...