Eitti:n

175 26 11
                                    



Aku mendengar suara dentuman hak tinggi dari dalam rumahnya, mengingat kamarnya di lantai atas, ia pasti sedang menuruni anak tangga. Ken keluar dan segera mengunci pintunya dari luar sebelum berlarian kecil untuk menghampiriku, "Maafkan aku, kau pasti menunggu lama..." raut muka penyesalannya terlihat begitu jelas, mataku langsung memandangi penampilannya untuk sesaat, Ken terlihat sedikit tidak nyaman, mungkin karena ia menggunakan dress tidak seperti biasanya, tapi cukup kuakui ia cantik ketika menggunakannya.

"Masuklah, udara mulai dingin." Aku berdiri dari sandaranku dan segera memutari mobilku duduk di kursi pengemudi. Ken bukan tipe wanita yang ingin di bukakan pintu setiap menaiki mobil. Suasana sedikit canggung entah karena apa, aku mulai menyalakan mesin mobil, "Kenapa menggunakan gaun sependek itu, udara cukup dingin malam ini."

"Bukankah setiap gadis memang menggunakan gaun saat ingin berkencan?"

Oh, jadi dia sekarang memandang dirinya gadis. Kemana perginya image tomboy wanita ini? "Kau tidak ingin berhenti dari pekerjaanmu?"

"Yang mana?"

"Um, ya, kau tahu... menjadi bartender, aku mengkhawatirkanmu sedikit. Terlebih ketika si brengsek Pollux sering menggodamu disana."

"Harry, percaya saja padaku! Aku tahu bagaimana pikiran semua orang ketika memikirkan bekerja di Bar, itu tempat cukup berbahaya bagi kebanyakan wanita. Tapi, entah kenapa disana aku justru merasa aman, Harry." Dia berhenti sebentar untuk menatapku, "Bar tempatku bekerja memiliki banyak penjaga berbadan kekar, sering terjadi perkelahian saat orang orang mabuk, dan Jeff cukup menyayangiku sebagai Bartendernya, kau tidak perlu khawatir."

"Oke, baiklah jika itu maumu." Aku menurunkan gasku dan memberhentikan mobil di basement, "Kita sudah sampai, ingin ku bukakan pintu untukmu?"

"Tidak perlu, aku bisa membukannya sendiri."

Ken setuju dengan film yang aku pilih kali ini, dia tidak menyukai horor tapi menyukai film action sama sepertiku, aku memberikan tiket setelah mengantri hampir lima menit. Kami jarang berbicara ketika menonton film, kupikir Ken tipe orang yang tidak suka di ganggu saat menonton film.

Kami keluar setelah film berdurasi hampir dua jam itu berakhir, aku berbincang ringan setelah keluar dari gedung bioskop.

AUTHOR POV.

Di waktu yang sama, MGH.

Seorang Pria berpegangan kuat pada seutas tali tambang yang sekiranya cukup kuat untuk membuatnya tidak jatuh, menggunakan bomber jacket dengan topi yang selaras warnanya. Dia sedikit melayang agar mendekati jendela, dia mengeluarkan perkakas untuk membuka jendela itu, dia memastikan pengait di tubuhnya benar-benar kuat, setelah itu membuka jendela dengan list kayu berwarna putih.

Kepalanya menyelinap sedikit untuk melihat keadaan di dalam, papan nama bertuliskan Alonso sesuai predeksi dan apa yang ia harapkan.

"Ya, aku akan segera melihat kondisinya setelah mengambil jasku!" Teriak Alonso dari luar ruangan, sepertinya ia berencana untuk masuk. Ia memasukan empat digit angka pada password pintu ruangannya, "Apa yang kau lakukan disana?" teriaknya dan masuk dalam perangkapnya.

Pollux, Pria dengan topi hitam itu mengeluarkan ponselnya. Menekan beberapa tombol dan terdengar suara seperti 'ckrik' Alonso membalikan tubuhnya dan pintunya sudah tertutup sendiri, ia berusaha membukanya dengan memasukan password berkali-kali.

Sial.

Pollux meretas password pintu ruangannya.

"YA! SIAPA KAU SEBENARNYA?"

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang