Saat itu aku mendengar suara barang yang terjatuh, mataku jatuh ke bawah dan melihat itu adalah sebuah pistol. Ia berbohong padaku, Pollux segera mengambilnya saat aku ingin merebut itu darinya.
"Kau bilang tanpa senjata."
"Siapa suruh kau mempercayaiku?"
Pollux menodongkan pistol di tangan kanannya dan balok kayu di tangan kirinya. Aku segera menyerangnya membuat kayu itu patah sehingga Pollux memegang pistol dengan kedua tangannya.
Jantungku rasanya ingin melompat saat itu juga. Dadaku naik turun seiring dengan nafasku yang mulai pendek.
Aku harus memikirkan cara untuk menghindari ini, dengan cepat aku memukul kedua kaki Pollux dengan pipa besi membuat pistol yang ia todongkan padaku terlempar menjauhinya. Ia jatuh dan segera mengambil pipa besi yang lebih tebal dari milikku.
Aku berhasil menghindar dari serangannya. Namun aku tidak bisa menolak ketika ia memukulkan besi itu tepat di bahu kiriku. "AAARGGGHH!" Aku meringis kesakitan, membuat aku terbaring di tanah.
Sakit, ini begitu sakit.
Ia tahu kelemahanku, Pollux memukul bahuku lagi saat tahu bahwa itu adalah kelemahanku. Ia ingat bahwa ia pernah menembakan peluru tepat disana.
Satu kali, dua kali pukulan ia lakukan.
Air mataku jatuh karena tidak bisa menahan rasa sakit yang begitu nyeri disana. Aku meliriknya sedetik dan tersadar bahwa jahitanku lepas lagi. Aku hampir mati rasa. Aku begitu kesakitan.
Tolong.
Tolong aku.
AUTHOR POV.
Harry benar-benar tidak bisa menghandle rasa sakit itu.
Ia meminta tolong dalam hatinya. Berharap siapapun datang membantunya.
Di lain tempat Ken bangun dari kursinya. Ia teringat dengan ucapan Harry saat terakhir kali, sebelum ia menciumnya.
Ia segera mencari smartphonenya untuk menghubungi Ethan, namun kenyataanya bahwa Ethan tidak berada bersama Harry untuk menemui bajingan gila brengsek Pollux itu.
Ethan bertemu Tobias di RS, Harry kabur dari pengawasannya. Mereka kewalahan mencari keberadaan Harry. Ia menghilang tanpa kabar begitu saja. Hanya Ken satu satunya informan yang tahu kemana ia pergi.
Kembali lagi ke tempat dimana Harry berada.
Pollux membuang besi itu sangat sudah bengkok dan ia sudah puas membuat Harry meringkuk kesakitan. Harry benar-benar di buat skakmat olehnya.
Pollux begitu kewalahan hanya dengan melakukan itu, ia menghapus keringatnya dan saat itu pula Harry mendorong tubuhnya menggunakan salah satu kakinya. Pandangan keduanya bertemu saat mereka tahu bahwa Harry bangun dari siksanya untuk mengambil pistol Pollux yang terlempar sebelumnya.
Harry berlari begitu juga dengan Pollux, ia berusaha meraih bajunya namun tak kunjung tergapai.
Saat itu keadaan terbalik.
Pistol milik Pollux berada pada genggaman Harry.
Seketika Pollux mundur karena merasa terancam, Harry mendekat dan menodongkan pistol tepat di wajahnya. Walaupun bahunya benar-benar begitu kaku. Keduanya sama-sama kelelahan. Terluka di bagian bibirnya akibat pukulan dari masing-masing di pipinya.
"Aku tahu kau tidak bisa menggunakan pistol, Harry." Pollux benar-benar skakmat, tidak ada pikiran ataupun ide lain di benaknya selain berdiskusi dengan Harry, "Aku tahu bagaimana tembakanmu saat kita kejar-kejaran saat itu. Semuanya meleset."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIRE
FanfictionRank #451 in action pada 090117 Rank #67 in action pada 110117 Rank #62 in action pada 250117 Rank #346 in medical pada 110120 Rank #45 in action pada 160217 Highest Rank #9 in hendall pada 120120 Sebuah Fanfiction jenis AU yang menceritakan tentang...