Thirti Seven

141 26 7
                                    


"Kau mau kemana?" Tanyaku saat Ken pergi dari kursinya setelah melihat monitor kondisi pasien.

"Aku ada jadwal operasi sebentar lagi, kau juga lima jam lagi." Berhenti dam menjawab pertanyaanku.

"Dengan siapa?" Tanyaku sambil memberi suntikan pada botol infus pasien yang kira-kira masih belasan tahun terbaring di sampingku.

"Dokter Taylor, ibumukan sedang cuti untuk dua hari." Cuti? Kenapa aku tidak tahu? Kenapa tidak ada yang memberitahuku? Bagaimana ia bisa tahu? "Apa ia tidak memberitahumu?"

"Kendall, kau harus bersiap sekarang!" Stella berteriak padanya.

"Kita bicarakan lagi nanti."

Aku pulang telat sekitar setengah jam, ya ampun. Aku benar-benar kelelahan saat ini, mengambil Audiku dan pergi dari MGH tempatku bekerja. Wanita itu cuti? Dia pasti sedang beristirahat di rumah, apa ini semua karenaku? Aku terlalu kesal kemarin, memarahinya habis-habisan, ia pasti sedang mengoreksi dirinya sendiri.

Aku ingin kembali ke apartemen tapi kedua tanganku malah memutar stir menuju Rumahku, aku tidak bisa menghendaki tubuhku, hati dan tubuhku berkata lain. Ya, mungkin tidak ada salahnya untuk mengunjungi rumah.

Layar kecil di dashboard audiku menyala, menunjukan sebuah panggilan dari nomor tidak di kenal. Aku memasang headset kecil di telingaku dan menggeser layar untuk terhubung padanya.

"Hallo..."

"Jadi itu mobil barumu ya?"

"Pollux."

"Sedikit sulit untuk menembakmu jika kau disana. Anti peluru, hm?"

"Apa yang kau inginkan?"

"Tentu saja kau, Harry. Aku menjadi buronan karena siapa?"

"Kau tidak akan bisa."

"Tentu saja aku bisa. Jika tidak mendapatkanmu, tidak masalah bukan orang di sekitarmu menjadi targetku."

"Kau benar-benar brengsek!"

"Oh, kau juga."

"Dimana kau sekarang?"

"Tentu saja dalam perjalanan untuk menemuimu." Ucapnya dengan santai. Apa dia memiliki kamera pengintai? Atau mata-mata? Apa dia benar-benar tahu dimana lokasiku? Aku hanya merespon dengan menelan ludahku membuat jakunku naik turun.

Membelokan stir ke kiri dengan hati-hati, meninggikan laju audiku membuat panah dari speedometer bergerak ke arah kanan dan stabil di angka 80 mil per jam. Sedikit melambatkan kecepatan ketika mobil pemadam kebakaran yang tidak bertugas dan Toyota hitam menghimpitku jauh dari persimpangan. Di depanku beatle berjalan dengan pelan sehingga aku tidak dapat menyelip mereka semua.

Melepas headset dan menyalakan mode speaker agar masih dapat berhubungan dengan Pollux ketika dengan samar aku mendengar suara riuh orang orang.

Menaikan kepalaku namun tidak dapat melihat apa-apa, aku membuka jendela dan menengok mengeluarkan kepalaku tapi tidak ada yang mencurigakan. Beatle akhirnya menyingkir dari jalan berbelok ke kiri dengan tiba-tiba membuat aku mendapatkan leluasa untuk mengebut.

Mempercepat laju mobilku lagi begitu juga dengan mobil pemadam kebakaran dan Toyota yang searah denganku. Di depanku, masih jauh, sebuah mobil keluaran 2014 baru saja berbelok dan mengarah padaku dengan kecepatan penuh. Aku mencipitkan kedua mataku dan menyadari bahwa mobil yang ugal itu di kemudikan Pollux.

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang