"Kau kesini hanya untuk mengintrogasi ganjaku?"
Dia menggelengkan kepalanya, "Bagaimana hubunganmu dengan Kendall? Kalian berkencan?"
Untuk apa dia menanyai tentang Ken? Untuk menyuruhku menjauhinya? "Aku mulai menyukainya tapi kami tidak berkencan, dia bukan kekasihku."
"Kalau begitu jauhi dia mulai sekarang." APA? Cih, aku mendengus dengan kasar. Siapa dia berani menyuruhku untuk menjauhi seseorang?
"Aku sudah besar dan kupikir kau tidak memiliki hak untuk menyuruhku melakukan itu." Jawabku dengan kasar.
"Kau tau apa pekerjaan kedua orang tuanya?" Aku terdiam sesaat. Ayahnya sudah tidak ada dan ibunya hanya PSK. Namun jika aku mengatakannya, dia pasti menggunakannya sebagai alasan aku harus menjauhinya, atau mungkin dia memang sudah tau. "Kau diam karena tidak tahu? Apa benar ibunya PSK seperti yang kebanyakan orang bilang?"
"Ayahnya sudah meninggal. Ibunya PSK di salah satu club malam," dia menganggukan kepalanya menilai, "Jika kau memintaku menjauhinya karena itu, sayangnya aku tidak akan pernah mau melakukannya."
"Kau tahu apa ini?" Dia menunjukan sapu tangan, aku mendekat dan duduk di kursi di depannya. Mengambil sapu tangan itu, bukankah ini miliknya? Aku tidak pernah membawa sapu tangan yang ia buat, aku hanya menyimpannya saja. "Kau tahu kenapa aku dan ayahmu bertengkar beberapa hari sebelum kematiannya? Dia berselingkuh. Kupikir Des hanya berselingkuh dengan Miranda, namun kupikir ia juga berselingkuh dengan wanita lain dengan menyewa pelacur sialan itu."
APA?
"Tidak mungkin, kau bercanda. Ayah bukan orang seperti itu."
Ia bersandar pada kursinya, "Lagi pula itu hanya asumsiku, kau bisa membawanya dan menanyakanya langsung dari mana ia mendapatkan sapu tangan itu? Kau tahu dengan jelas bahwa aku yang membuatnya, bahkan aku membuat inisial namanya dekat bunga Crisan itu." Diia benar, ini milik ayahku, tapi itu tidak mungkin.
Aku meneguk ludahku gugup, "Kau pasti mengada-ngada!"
"Lebih baik kau putus dengannya! Apa kau bisa tahan dengan anak dari seorang pelacur yang telah di sewa ayahmu?"
Aku mendorong kursiku ke belakang, berdiri dengan amarah menatapnya, "Aku akan mencari tahu lebih lanjut. Bisa saja ia menemukan sapu tangan Ayah yang jatuh di jalanan."
"Cih, keras kepala. Kepalaku sedang pusing memikirkannya, lebih baik kau pergi dari sini."
Dia mengusirku. Mataku mengerjap beberapa kali dan keluar dari ruangannya dengan membanting pintu.
Keesokan harinya.
Kepalaku masih terpenuhi dengan ucapan wanita itu mengenai Ayahku. Apa benar Ayah orang yang semacam itu? Tapi rasanya itu benar-benar tidak mungkin.
Aku membuka pintu dan menaiki tiga anak tangga, bersandar pada pegangan tangga darurat di RS. Tempat ini jarang di gunakan dan tidak ada CCTV, mungkin hanya digunakan ketika senior sedang membentak residen bawahannya atau sejenisnya.
Aku mengusap wajahku dengan kasar karena frustasi, mengacak-acak rambutku dan menyisirnya dengan jari jari ke belakang. Smartphoneku bergetar dan membuka pesan yang baru saja di kirim oleh Ken.
From : Kendall.
Kau dimana? Aku merindukanmu.
From : Harry.
Tangga darurat lantai tiga.
Mengusap leher belakangku dengan kasar, apa yang harus aku lakukan dengannya? Aku tidak mungkin bertanya Hei, Ken apakah ibumu yang pelacur pernah menjadi wanita satu malam ayahku? Gila saja jika aku berani bertanya hal seperti padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIRE
FanfictionRank #451 in action pada 090117 Rank #67 in action pada 110117 Rank #62 in action pada 250117 Rank #346 in medical pada 110120 Rank #45 in action pada 160217 Highest Rank #9 in hendall pada 120120 Sebuah Fanfiction jenis AU yang menceritakan tentang...