Wanita dengan tubuh tinggi, Sial! wajahnya hampir mirip dengan Ken dan ini pertama kalinya aku bertatapan secara langsung, aku pernah melihatnya beberapa kali walau ia tidak menyadari atau lupa denganku. Rambutnya di keriting panjang se dadanya. “Tolong kunci pintunya.” Ucapku.
“Dasar tidak sabaran!” Ia menggunakan stoking jaring jaring berwarna hitam dan begitu cocok dengan pakaian merahnya.
Perlahan mendekat, “Aku bisa membuatmu senang dalam sepuluh menit jika kau memberiku tiga ratus dolar sebagai tambahan.” Tubuhnya begitu murah.
“Apa kau mengenal ini?” aku menunjukan sapu tangan itu padanya.
Dia menggelengkan kepalanya, “Bukankah itu sapu tangan biasa?”
“Lihat baik-baik, itu mungkin milik salah satu pelangganmu beberapa tahun yang lalu.” Aku memberikannya, sorot matanya menunjukan sesuatu. “Aku akan memberimu empat ratus dolar jika kau bisa menjawab beberapa pertanyaanku dengan jujur.”
“Kau tahu mungkin aku sedikit lupa, aku harus mengingat ingat lagi siapa saja yang pernah tidur denganku, kau tahu aku bukan hanya melayani satu, dua pria.” Ia mengambil rokok yang disimpannya di selorokan meja kecil, “Lima ratus.”
“Aku akan memberimu 1000 dolar.” Ia tersenyum dengan bangga, “Kau tahu siapa pemilik sapu tangan ini?”
Ia menghirup rokoknya dan mengeluarkan asap dari mulutnya, “Aku tidak begitu ingat dengan namanya. Tapi aku tahu dengan pasti Pria itu karena ia memperlakukanku berbeda di ranjang.” Ia mengamati baik baik, “Mungkin Dom atau Dex, namanya dari D.”
“Des?” ia menganggukan kepalanya teringat dengan memorinya, “Ceritakan kepadaku malam itu tanpa melewatkan satupun!”
“Ia datang seperti lelaki biasanya, ia selalu mengatakan ingin mabuk tapi hanya meminum setengah botol bir. Sampai ia memesanku untuk malam itu, aku tidak ingat itu sudah berapa tahun yang lalu.” Ia kembali menghirup rokoknya, “Sampai saat dimana ia menumpahkan bir ke pakaianku dan membuat aku marah saat ingin menciumnya, ia memberiku yang seperti itu, sepertinya aku menaruhnya di rumah. Dia menceritakan tentang masalahnya padaku bukannya menginginkan tubuhku.”
“Apa saja yang ia ceritakan?”
“Ia bertengkar dengan istrinya. Dia mengatakan Miranda, aku sangat ingat namanya karena namanya mirip dengan keponakanku bukan wanita semacam itu yang ia pikirkan. Dan ia hanya melakukan apa yang pria itu suruh,” pria itu? Siapa? “Dia terus berteriak bahwa dia bukan pembunuhnya, namun istrinya salah paham pada Miranda dan dirinya. Sepertinya istrinya selingkuh dengan pria itu, Des tidak menyebutkan namanya. Dia begitu menyayangi istrinya, dan dia ia terus mengatakan bahwa ia tidak membunuh pria itu, pria itu yang memintanya.”
Aku pusing mendengar ini, “Apa lagi yang ia katakan.”
“Tidak ada. Aku tidak tahu, aku tidak ingat. Dia hanya menceritakan masalahnya lalu pergi dan memberiku uang karena menjadi pendengar ceritanya.” Ia mengambil segelas minuman dan meneguknya.
“Aku akan memberimu 1500 dollar!” seruku.
“Aku tidak ingat lagi, anak muda! Jikapun kau memaksaku dengan memberiku 5000 dollar sekalipun, taruh saja nomor teleponmu dan aku akan menghubungimu jika suatu saat aku ingat.” Dia menaruh gelasnya.
Aku berdiri dan memberikan uang padanya serta kartu namaku, “Ini upahmu.” Beruntung sekarang aku menjadi Residen dan memiliki kartu nama.
“Ah, YA! Dia sama sekali tidak menyentuhku dan mengatakan ia sangat menyayangi istri serta putranya.” Aku mendengar itu dan segera meninggalkan tempat ini.
Aku sudah salah paham atas semua ini dan termakan oleh omongan wanita itu. Ayah tidak berselingkuh dengan Ibu Ken, dia hanya menjadikannya pelampiasan karena dia stres, aku yakin seperti itu. Tapi apa maksudnya dia bukan pembunuh? Siapa yang di bunuhnya?
Sial, aku begitu merindukan gadisku. Apa yang sedang ia lakukan sekarang? Aku merindukan bibirnya, aku ingin meminta maaf padanya, tapi bagaimana?
Minggu setelahnya ini hari pertamaku resmi bekerja sebagai Residen tahun pertama Ahli anestesi dan Perawat ER di MGH. Ken berdiri di sampingku saat kami memperkenalkan diri kami resmi, beberapa orang disini sudah kukenal dan mengenalku, jadi kami sudah cukup akrab.
Aku mendengar dari kebanyakan orang Residen tahun pertama adalah masa yang paling sulit, karena kami disini sebagai Junior yang terus di perintah oleh Senior kami, itu tidak masalah bagiku, mereka semua sudah tau aku Putra siapa jadi aku cukup *untouchable, sedangkan Ken, oh, ini akan menjadi sulit baginya. *Untouchable = tidak tersentuh, seperti arogan gitu gak friendly.
Aku dan dia mendapat jadwal malam dari jam enam petang sampai jam enam pagi, dan libur setiap selasa, rabu dan minggu. Aku memilih untuk menetap di ruangan tidur karyawan untuk satu bulan ke depan, walaupun tidak setiap hari.
“Harry...”
Tidak sengaja tubuhku refleks untuk menoleh padanya, “Hm?”
“Kenapa kau jadi seperti ini padaku?”
“Aku sudah bilang bukan, aku tidak mau berbicara selain menyangkut pekerjaan.” Jawabku dengan ketus, “Permisi.”
Ini sudah seminggu semenjak hari pertama bekerja, aku berdiri di dekat mesin pembuat kopi sambil memijit daguku, keterlauan sekali orang itu, dia baru menjadi Residen tahun ketiga tapi sudah memerintah Ken melakukan hal yang sebenarnya dia bisa lakukan sendiri. Membawakan kopi, memesan makanan, menggantikan jam kerjanya.
Ckckck.
Tahun depan aku akan mengambil Dokter spesialis UGD. Walaupun aku tidak yakin apakah aku akan terus melanjutkan belajar sampai lulus, lihat saja ini! Aku hanya di jadikan perawat, padahal aku bisa mengatasi pasien sendiri seperti saat magang. Karena aku sudah bekerja tetap, aku harus mematuhi aturan dan tidak bisa semena-mena.
Ini sudah hampir sebulan atau lebih aku tidak mendengar kabar tentang Pollux, namun Henry mengatakan dia belum bisa menangkapnya, pasti brengsek itu sedang membuat rencana yang besar. Dia tidak mungkin menyerah begitu saja sebelum mendapatkanku atau masuk lagi ke penjara.
Ken pulang lebih awal setelah selesai mengantar kopi untuk seniornya. Aku berjalan ke ruang ganti untuk mengganti pakaianku. Menatap jas medisku yang bertuliskan namaku di dadanya, aku tidak menyangka sudah benar-benar menjadi dokter. Melepaskan pakaianku dan menggantinya dengan kaos dan blazer hitamku.
Aku kembali ke rumah dan sampai sekitar jam tujuh lebih. Ini rabu dan artinya aku libur bekerja, memeriksa tasku dan menemukan kosong, Ah! Aku memukul keningku, buku catatanku tertinggal di kamar karyawan. Aku akan mengambilnya nanti jam tujuh malam saja, aku ingin bermalas malasan di depan TV.
Ethan masih sibuk untuk mengecek CCTV, dia yakin bahwa Pollux tertangkap dalam Kamera kemarin di pusat kota ini, itu berarti dia masih berkeliaran. Tapi apa yang sedang ia lakukan atau rencakan?
Aku memutuskan untuk ke MGH setelah mandi hari ini untuk mengambil catatanku, hanya sebuah buku medis biasa, tapi di dalamnya aku menyelipkan selembar kertas catatan tentang orang tuaku disana.
“Hai, Harry! Kupikir kau libur hari ini.” Linda menyapaku beberapa langkah setelah aku menginjakan kaki disini.
“Ya, aku libur tapi catatanku ketinggalan, jadi aku ingin mengambilnya.”
“Oh, oke. Sampai jumpa!” Aku meninggalkannya dan menaiki lift ke lantai empat, masuk ke ruang karyawan dan menemukan tidak ada siapa-siapa, mungkin mereka sedang bertugas.
Aku mengambil buku catatanku diatas kasurku dan memeriksanya, beruntung catatannya tidak hilang. Memasukan ke dalam tas dan pergi mengambil mobil di basement.
Hyundaiku hancur setelah peristiwa itu. Ethan menyarankanku untuk membeli mobil di temannya Lex, Audi R8 dengan kaca anti peluru dan di lengkapi teknologi terbaru, apalagi layar sentuh di dekat stir mobil yang gpsnya sangat membantuku. Harganya lebih mahal karena ini edisi terbatas, semua bagiannya anti peluru termasuk bannya.
Aku keluar dari RS, melihat seorang gadis dengan kemeja putih yang sedang bertengkar dengan Pria hidung belang mungkin, tapi setelah mengamatinya lebih lama sambil menunggu jalanan renggang aku menyadari gadis itu adalah Ken. Untuk apa dia disini? Pria itu mengambil tasnya dan mereka berdua terus menarik nariknya.
Aku memutar mobilku dan menghentikannya, keluar dari mobil dan memberinya pukulan dari kepalan tangan kananku ke pipinya membuat sudut di bibirnya mengeluarkan darah, tanganku kesakitan namun aku membiarkannya.
“Siapa kau ini?” dia berdiri dari jalan setelah terjatuh akibat pukulanku.
“Aku yang seharusnya bertanya siapa kau?” menarik lengan Ken dan menyembunyikan tubuhnya di belakang punggungku.
“Oh, kau mungkin tidak tahu. Wanita ini berhutang padaku 5000 dolar lima bulan yang lalu tapi dia belum kunjung membayarnya sampai sekarang,” dia membersihkan darah di sudut bibirnya menggunakan ibu jarinya, “Dan sekarang aku membutuhkan uang itu!”
Hah? Dia gadis dengan banyak hutang ternyata.
Aku menatap Ken dan Pria itu bergantian. Mengambil dompet dari dalam mobilku, beruntung aku membawa uang cash . Mengambil semua lembar dolar dan menghitungnya, sial uangku habis hanya menyisakan tiga ratus dolar yang tidak berguna. Jumlah di dompetku bahkan tidak sampai 5000 dollar.
Aku mengambil kartu atm, dan beruntung ada mesin atm di dekat RS. Aku memberikan 100 dolar kepadanya sebanyak dua puluh lembar. “Tunggu disini! Dan jangan menyentuhnya!” Aku memperingatkannya sebelum berlari menuju mesin atm.
Mengambil uang senilai 3000 dolar dan memberikan langsung padanya. “Hutangnya lunas bukan? Jangan mendekatinya lagi dan jangan mengganggunya.” Aku menarik lengan Ken dan menyuruhnya masuk ke dalam mobilku.
“Aku akan mengganti uangmu nanti, aku akan menyicilnya.” Ucapnya ketika Audiku meluncur di jalanan dengan kecepatan 30 mil per jam.
“Lupakan saja tentang itu.”
“Uang di dompetmu bahkan habis.” Ya, tentu saja. Aku baru saja memberikan 2000 dolar langsung dan 3000 dolar dari atmku.
“Itu uang penjualan narkoba, aku tidak bekerja keras untuk mendapatkan uang haram itu, kau tidak perlu menggantinya.”
Dia benar-benar tidak bisa diam dan terus mengoceh akan mengganti uangku. Setengah jam berlalu, aku membawanya ke apartemenku. Ethan sepertinya sedang pergi keluar karena disini kosong.
Ken duduk di sofa, Aku berjalan ke dapur, “White wine russian?” aku menawarinya.
“Air putih saja.” Aku meneguk wineku di dapur dan menuangkan segelas ari putih padanya. Aku duduk di sampingnya dan menyalakan televisi untuk menghindari suasana hening karena aku membencinya. “Kau tidak marah lagi padaku?”
“Aku tidak pernah marah padamu.”
“Tapi kau menyuruhku menjauhimu,” Ia mengerucutkan bibirnya sambil menundukan kepalanya setelah itu pandangan kami bertemu.
KENDALL POV.
Harry mendekatkan bibirnya dan menciumku, “Aku merindukanmu.” Ucapnya menyudahi ciumanku. Menatap kedua matanya saat kening kami bertemu.
“Kenapa kau melakukan itu padaku? Kau tidak tahu betapa tersiksanya aku tidak bicara padamu.”
“Aku minta maaf, aku sungguh menyesal. Ini masalah pribadiku, dan aku berjanji untuk menceritakan padamu nanti.” Mengangkatku dan membawaku keatas. Ke kamarku.
Tanganku terangkat dan mencari dadanya, berjalan kemudian berhenti di kancing kemejanya, membuka yang paling atas kemudian turun kedua dan turun ke bawah melepas kancing semuanya, menampilkan sedikit lekukan tubuh Harry yang tiada duanya.
Harry yang tidak sabaran melepas kemejanya dan membuangnya asal ke lantai, ia menjatuhkan tubuhku ke Kasur.
“Kau dalam masalah?”
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIRE
FanficRank #451 in action pada 090117 Rank #67 in action pada 110117 Rank #62 in action pada 250117 Rank #346 in medical pada 110120 Rank #45 in action pada 160217 Highest Rank #9 in hendall pada 120120 Sebuah Fanfiction jenis AU yang menceritakan tentang...