"Mrs. Styles terakhir kali berada di pemakaman Mr. Styles dan temanku tidak bisa mengecek lokasinya lagi berada." Tobias memberikan informasi itu padanya.
Suasana hati menjadi semakin bercampur aduk rasanya, ia mengambil Smartphonenya dan menghubungi nomor terakhir kali yang menelponnya karena nomor itu adalah nomor yang pertama kali menghubungi ibunya.
Harry diam dulu untuk mendengarkan suara di seberang sana, "Siapa kau?" lembaran kertas itu jatuh ke lantai. Pollux adalah pemilik nomor itu. Yang terakhir kali menghubungi Alonso. Firasat Harry ternyata benar.
"Dimana ibuku berada?"
"Ibumu terlalu bodoh karena percaya kau kusekap disini, dia bersamaku sekarang. Tidak peduli kau percaya padaku atau tidak." Itu artinya memang benar bahwa Alonso berada di tangan Pollux.
"Dimana aku harus menemuimu? Aku yang kau inginkan."
"Datanglah sebelum tiga puluh menit, aku akan mengirimkan informasinya lewat sms." Ia segera mematikan sambungan teleponnya.
"Ibu berada di tangan Pollux, cepat siapkan mobil dan hubungi Henry Cavill dari kepolisian di Hpku, aku akan meminta izin dulu."
"Aku akan berada di depan gerbang RS!" Tobi menghilang dari hadapan Harry dalam hitungan detik. Harry berlari menuju Dokter Clark dan ia meminta izin karena masalah darurat. Ia bahkan melewati Ken begitu saja.
Harry melepas jaketnya dan melemparnya dengan asal ke loker penyimpanannya, ia mengambil pistol yang saat itu Ethan berikan padanya dan memasukannya ke belakang celananya, ikat pinggang sebagai pengait, Harry memakai jaketnya untuk menutupi pistol itu.
Ia berlari dan Tobias sudah menunggu dari dalam mobil seperti yang ia katakan sebelumnya. Tobi yang menyetir, "Kau sudah menghubungi Ethan?"
"Sudah, dia ada di Dunkin Donuts di jalan Fitchburg Turnpike. Dia menunggu di bahu jalan." Tobi mempercepat laju kecepatan mobilnya, "Kau yakin? Manchester? Bagaimana jika itu akal-akalan Pollux untuk menjebakmu?"
"Aku akan meminta bantuan Ethan nanti, berapa lama perjalanan?"
"Sekitar satu jam?" Apa? Pollux bahkan hanya memberinya waktu setengah jam untuk sampai disana.
"Kau harus ngebut, kita hanya punya waktu setengah jam." Hari menjadi panik. Tobi menambah kecepatannya, melihat Ethan dengan laptop di peluk di dadanya melambaikan tangan padanya, "Itu Ethan!"
Tobi memutar stirnya ke kiri dan berhenti di depan Ethan, ia membuka pintu belakang dan segera masuk duduk di kursi belakang, "Hai, Tobias! Aku Ethan teman Harry, ia sudah mengenalkanmu padaku." Sapa Ethan.
"Tobias, mantan CIA." Ethan hampir terjatuh dengan laptopnya karena tidak bisa menjaga keseimbangannya ketika jarum di speedometer mulai bergerak ke kanan. Dia memutuskan untuk menaruh laptopnya di sampingnya dan memakai sabuk pengaman lebih dulu baru memangku laptopnya lagi.
"Ethan, bisa kau lacak dimana ibuku berada?" Harry meminta.
Ethan menyalakan laptopnya dan mulai mengetik sesuatu darinya ini sudah sepuluh menit perjalanan mereka dengan kecepatan mengemudi seorang mantan CIA. "Manchester, sepertinya di sebuah pabrik."
"Pabrik sepatukan?"
Ethan menganggukan kepalanya, "Ya, tapi setahuku pabrik itu sudah tidak beroperasi lagi dan di pindahkan ke luar kota."
"Bagaimana kau bisa melacaknya?" Tobias sedkit melirik wajah Ethan melalui spion dalam, "Temanku di CIA tidak bisa melacaknya."
"Sebenarnya aku memasang pelacak di ponsel mereka. Ibu Harry, Kendall, semuanya." Ethan sedikit takut karena Harry tidak mengetahui hal ini sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIRE
FanfictionRank #451 in action pada 090117 Rank #67 in action pada 110117 Rank #62 in action pada 250117 Rank #346 in medical pada 110120 Rank #45 in action pada 160217 Highest Rank #9 in hendall pada 120120 Sebuah Fanfiction jenis AU yang menceritakan tentang...