Thirti Siks

146 24 7
                                    


Aku mendengar suara handphone bergetar, tidak merasakan getarannya pada tubuhku dan kuyakini itu milik Ken yang berbunyi, "Lihatlah!"

Ia menggeser tombol pada layar sentuhnya ke kanan, "Hallo?"

"Ada dua pasien di ER, bisa segera kesini?"

"Oke, aku akan tiba dalam satu menit." Ia segera menaruhnya ke saku celana levisnya, "Ayo, ER membutuhkan kita!"

Pagi harinya aku tidak berniat untuk pulang ke apartemen, Ken mengatakan ia ingin pergi ke tempatnya bekerja untuk menemui Jeff jadi aku tidak berniat untuk mengantarnya. Memakirkan mobilku di depan Rumahku dulu yang hanya beberapa minggu ku tinggali, samping rumah Ken.

Membuka pagar dan kini berdiri di depan pintu masuk utama, menunduk ke bawah dan benar saja. Ada kunci di dalam pot di sampingnya, ibu— ya, wanita itu tidak berubah, ia masih tetap menaruh kunci disana.

Memasukan kemudian memutar kunci di lubangnya, masuk ke dalam. Tidak ada yang berubah, aku yakin wanita itu jarang menempati rumah ini. Dia ada jadwal operasi sehingga ia tidak akan tahu aku akan berada disini.

Pergi ke dalam kamarnya, membuka laci dan menemukan tidak ada apa-apa disana. Aku berjalan mencari di bawah bantal, lemari tidak ada apapun. Aku saja tidak ada tidak tahu apa yang aku sedang cari, surat atau barang mungkin yang berkaitan dengan Paman Leonard.

Aku merebahkan punggungku di kasurnya, Ah! Aku belum beristirahat karena kerja malam. Aku segera bangun saat mengingat tentang kotak merah itu. Ayah memberikan padaku beberapa hari sebelum ia meninggal, saat mereka berdua sedang bertengkar. Aku memberikannya pada wanita itu tapi ia mengatakan tidak akan membukanya sampai kapanpun, karena ia mengatakan itu adalah kado terakhirnya.

Ah! Dimana ia menyembunyikan kotak itu. Aku pergi meninggalkan kamar ini dan menuju ruang keluarga, mencari di laci dekat televisi tapi juga tidak ada. Pergi ke kamar lamaku, perpustakaan, tidak ada dimana-mana. Ah, mungkin saja ia menaruhnya di ruangan kerjanya di RS. Sudah pasti, karena ia lebih sering tinggal disana.

Aku membuang nafasku dengan kasar, kembali ke kamar wanita itu untuk mencari sekali lagi. Ada tiga kardus pindahan yang belum ia buka disana, ia bahkan belum membereskannya padahal kami pindah sudah beberapa bulan yang lalu.

Mengambil salah satu dan membukanya, hanya buku-buku miliknya tentang dunia kedokteran. Mengambil kardus lainnya dan berisi beberapa barang barang miliknya, memindahkan beberapa ke lantai dan YES!!

WOO!

Aku berteriak kegirangan sambil melompat saat menemukan kotak merah itu, masih terbungkus rapih sama seperti beberapa tahun yang lalu. Memasukannya ke dalam saku jaketku, dan kembali memebereskan barang-barangnya ke dalam kardus seperti sedia kala. Aku merapihkan semuanya sekali lagi dan memastikan semuanya tetap berada di posisinya seperti awal.

Betapa beruntungnya aku. Aku berniat untuk mengambil minum di kulkas namun aku mendengar dengan samar suara teriakan seseorang dari luar, dan aku sangat mengenali suara itu. Ken, yang memanggilku.

Mengambil botol air mineral setelah memastikan bahwa tanggal kadarluarsanya masih lama kemudian menghampirinya. Melihat dari pintu dan benar bahwa dia adalah Ken, mengunci pintu kemudian menghampirinya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Ken sepertinya baru kembali setelah bertemu dengan Jeff.

"Mengambil barangku dan minum," Menunjukan kotak merah itu agar ia percaya.

"Oh, kau ingin masuk dulu ke rumahku?" ia menawarkan. Ingin sekali, tapi aku begitu penasaran dengan apa isi kotak merah ini dengan panjang dan lebar sepertinya 20x8 cm.

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang