Bram mendengarkan pertikaian kecil yang terjadi di ruang tamu dengan senyum kecil tersungging di bibirnya. Entah kenapa ia menikmati perseteruan itu. Ia menyukai suara dua perempuan yang sedang berdebat itu. Sudah lama ia tidak mendengarkan suara perempuan di dalam rumah. Dalam rumahnya.
Sambil bersenandung kecil, Bram mendekati sebuah cermin separuh badan yang tergantung di sebelah pintu. Ia menyentuh pinggiran kaca itu. Ada sebuah guratan kecil di pojok kanan atas kaca itu, bertuliskan AJ. Inisial namanya. Untung saja dulu rumah ini dijual dengan isinya dan keluarga yang pindah di sini memilih memakai barang-barang yang ada sehingga ia bisa bernostalgia.
Pemuda ini tersenyum kecil kemudian memandang pantulan wajahnya di cermin. Alis tebal pemberian ibunya. Bibir tipis di atas dan agak melebar di bawah, persis seperti ayahnya. Hidung yang berdiri tegak dengan sempurna. Bram menunduk sedikit. Beberapa tahun terakhir ini tubuhnya sudah bertumbuh pesat. Cermin yang dipasang ayahnya tidak bisa lagi melingkupi keseluruhan tubuhnya.
Raut mukanya masih sama dengan tiga tahun lalu kecuali tatapan matanya yang semakin tajam serta rahangnya yang semakin terbentuk menjadi lelaki dewasa. Kumis tipis yang dulu berjajar malu-malu di atas bibirnya tak terlihat lagi, dibabat habis oleh pisau cukur setiap dua hari sekali.
Mata Bram mengitari lagi ruangan yang berisi sebuah kasur ukuran queen size, sebuah meja belajar dan kursi kecil serta lemari pakaian berwarna kuning gading. Warna cat temboknya pun masih sama. Hijau lumut. Bram ingat ibunya dulu menentang kamar ini diwarnai hijau yang menjijikkan seperti itu, tapi ayahnya benar-benar suka warna hijau dan diam-diam mengecatnya saat ibunya pergi ke luar kota.
Akhirnya Bram duduk di lantai dan mulai membongkar koper 20 inchinya. Kakeknya menyuruhnya membawa koper yang lebih besar lagi karena ia akan tinggal setidaknya satu tahun di Surabaya. Yang kakeknya lupa, ia tidak berencana tinggal lama di sini. Bram berencana mencari kesalahan dari perjanjiannya dengan kakeknya dan segera kembali ke Jakarta.
"Pokoknya Nana nggak mau ada dia di sini!"
Bram menghentikan membongkar kopernya saat mendengar suara itu. Teriakan itu cukup nyaring jika diucapkan dari mulut seorang gadis remaja, seakan gadis itu memang ingin Bram bisa mendengarnya.
"Kita kembalikan uang mereka! Nana bisa bantu Papa dan Mama. Kalau perlu, Nana tidak perlu kuliah. Nana bisa kerja!"
Bram segera berdiri dan membuka pintu kamarnya. Ia berjalan menuju ruang tamu.
"Mau batalin perjanjian?" Bram bertanya, menatap langsung ke arah gadis yang terang-terangan menunjukkan rasa tak suka padanya itu. "Boleh. Dendanya dua kali lipat, kan? Dua miliar? Kalau hari ini bisa langsung transfer, aku akan segera angkat kaki dari sini."
Entah apa yang merasuki Bram. Harusnya, ucapan gadis itu membuatnya lega. Harusnya, ia mendukung gadis itu sehingga ia tidak perlu lagi tinggal di sini. Harusnya itulah yang ia lakukan. Tapi melihat semangat gadis itu, mau tak mau Bram tergelitik.
Padahal ia pikir isi rumah ini adalah para penjilat yang sudah diset kakeknya untuk melayani dan mengikuti semua permintaannya. Apalagi saat ia tahu ada gadis remaja yang tinggal di dalamnya. Bram sudah bisa membayangkan betapa histerisnya gadis itu saat tahu Bram tinggal serumah dengannya. Maksudnya, remaja cewek mana sih yang tidak deg-degan jika berdekatan dengannya.
Nyatanya, ada juga pemberontak. Ia ingat dirinya sendiri saat menghadapi kakeknya dulu. Dalam gadis itu, ia melihat dirinya sendiri. Detik itu juga, Bram tahu ia akan menyukai gadis keras kepala itu.
***
Seharusnya kemarin mau updatenya. Tapi terus pulangnya malem banget, jadi nggak sempat dan udah tepar.
Bab selanjutnya, Jacksay akan mulai sekolah. Siap-siap nganter dia sekolah, ya :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Jackson
Teen FictionPROSES REVISI Jackson, si penyanyi muda itu kalah bertaruh dengan opa-nya. Alhasil, di umurnya yang sudah menginjak angka 22 tahun, ia justru harus kembali ke bangku SMA. Cowok ini juga harus tinggal di sebuah keluarga yang tidak ia kenal. Keluarga...