"Jadi bener nggak tebakan gue?" tanya Rey pada Bram yang baru saja keluar dari perpustakaan, tempat pertemuannya dengan Tami.
Atas permintaan Bram, Rey akhirnya menunggu di depan perpustaaan sementara mereka berdua bertemu. Saat tadi mendengar kalau Bram ada janji dengan Tami, Rey langsung meledek temannya itu. Sama seperti Bram, Rey pun bisa merasakan kalau Tami punya perasaa tersendiri pada Bram.
Janji ketemu yang terkesan misterius dan serius ini tentu saja membuat Rey menduga Tami akan menyatakan perasaannya pada Bram. Meski memiliki kecurigaan yang sama, Bram lebih memilih menolak pemikiran Rey.
Bram mendesah keras dan duduk di bangku sebelah Rey.
"Mana si Tami?" tanya Rey.
"Udah keluar dari pintu samping."
"Terus, tadi ngapain aja lo berdua?"
Lagi-lagi Bram menghela napas dengan berlebihan. "Lo bener, dia nembak gue."
"TUH, KAN!" Rey bersorak. "Jadi lo jadian? Jangan lupa PJ-nya bro!"
"Gundulmu!" Bram refleks berteriak. "Emangnya wajah gue kayak wajah lagi jadian?"
Rey mengangkat bahu. "Berharap boleh, kan. Mumpung bisa dapet makan gratis."
Bram mendecakkan lidah. "Lo beneran mikir gue bakal nerima dia, ya Rey?" nada suara Bram terdengar serius.
"Ya kan lo berdua akhir-akhir ini kelihatan akrab. Dia sering bawain kue, terus lo juga nanggepin dia. Emangnya lo ga naksir Tami?"
"Gue sama dia beda 7 tahun!" Bram seakan memberikan alasan utama kenapa ia dan Tami seharusnya tidak bisa bersama.
Bram memang tidak bisa membalas perasaan Tami. Selama menjadi penyanyi, ia sudah banyak mendapatkan pernyataan cinta dari penggemarnya. Kata I Love You begitu mudah diucapkan oleh bibir para cewek itu. Padahal seharusnya, kata I Love You adalah sesuatu yang sakral, yang diucapkan pada orang yang tepat di saat yang tepat.
Meski sudah terbiasa menolah para penggemarnya dengan cara halus, baru kali ini Bram merasa sangat bersalah. Ia tahu Tami menyukainya bukan sebagai seorang Jackson, tapi seorang Bram.
Apalagi cewek itu mulai berkaca-kaca bahkan pada saat Bram hanya mengatakan 'Maaf' saja.
"Aku tahu Kak Bram pasti nolak aku," ucap cewek itu dengan bibir bergetar berusaha menahan tangis.
"Maaf," lagi-lagi kata itu keluar dari mulut Bram. "Kita berteman aja, ya,"
Tami terisak, namun cewek itu mengangguk dan berusaha tersenyum.
Bram cukup lega ternyata Tami bisa menerima keputusannya. Untung saya Tami bukan seperti cewek lainnya yang menagis meraung-raung lalu menghujat dengan kata-kata kasar. Ternyata, hal seperti itu hanya akan dialami Jackson dan bukan Bram.
Saat akhirnya Tami berpamitan pulang, Bram menepuk puncak kepala cewek itu dan berkata, "Makasih ya Tami sudah suka sama aku."
Kalimat yang dimaksudkan Bram untuk menghibur cewek itu, nyatanya malah membuat cewek itu kembali terisak. Bram salah strategi, tapi mau bagaimana lagi, ia memang merasa berterima kasih dengan tulus atas perasaan Tami.
"Alaaaah, umur mah angka aja, bro," balasan Rey terdengar nyaring di telinga Bram. "Kalau lo suka ya kenapa enggak. Yang penting lo bisa jaga dia dan hormatin dia layaknya cowok sejati."
Bram terdiam dan merenung. "Gitu, ya?"
"Mikir lagi?" tanya Rey. "Kalau lo suka Tami ya lo kejarlah dia sekarang."
Bram menoleh pada Rey. "Apa gue segitu kelihatan sukanya sama Tami, ya?"
Rey mendadak terdiam. "Hm... sejujurnya enggak sih. Gue pikir lo naksir Nana, malah."
"Oh," balas Bram singkat. Ia pun menyeringai dalam diam.
"Lho... lho... lho..." mata Rey menyipit melihat ekspresi aneh Bram. "Lo beneran suka Nana?" LO SERIUS?"
"Yuk, lah cari payung buat Nana." Bram bangkit berdiri, tidak menggubris teriakan histeris Rey.
"Heh! PUSH UP BRA! Lo belum jawab gue?!" Rey mengekor di belakang Bram.
"Berisik lah, lo!" sahut Bram dengan wajah memerah.
"Jadi, lo mau beli payung biar bisa modusin dia, ya?" Rey menuduh. "Terimalah payung gue, Na... eh... hati gue!"
"Cepetan sebelum turun hujan!" Bram nyengir tapi tidak menjawab ledekan Rey.
*
Sebenernya rencananya mau lanjut 1 sub bab lagi, tapi ternyata saya capek XD.
Semoga suka dengan chapter ini. Doakan saya supaya masih bisa update cepet. Ditunggu besok lagi yaaaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jackson
Teen FictionPROSES REVISI Jackson, si penyanyi muda itu kalah bertaruh dengan opa-nya. Alhasil, di umurnya yang sudah menginjak angka 22 tahun, ia justru harus kembali ke bangku SMA. Cowok ini juga harus tinggal di sebuah keluarga yang tidak ia kenal. Keluarga...