10.2

2K 225 10
                                    


Sial!

Bram mengumpat terus-terusan dalam hati. Ucapan Pak Wahyu tadi menggema terus di kepalanya. Memang ia tidak berniat untuk belajar, tapi kalau sampai dipermalukan di depan publik? Mau ditaruh mana mukanya?

Makanya ia bisa memikirkan cara ini. Cara yang bisa terbilang cukup licik tapi tentu saja sangat berhasil. Makanya ia mencari ayah Nana langsung dan mengucapkan keinginannya. Pria setengah baya itu berbicara dengannya sambil sesekali mengusap keringat di dahinya. Bram mencibir dalam hati. Pria ini bukan pria yang bisa diandalkan oleh sebuah keluarga. Tapi sifatnya ini adalah sebuah keuntungan bagi Bram. Adi langsung menyetujui permintaan Bram dan segera menelepon Nana yang masih mengikuti rapat pramuka di sekolah.

Tak lama kemudian, gadis itu pulang ke rumah dengan wajah berang. Sambil menghentakkan kakinya, ia membanting buku akuntansinya di meja dapur dan berteriak memanggil Bram. Bram agak geli melihat wajah Nana yang cemberut dan Martha yang malah bersorak gembira karena tahu Nana akan menjadi guru privat Bram. Martha langsung sibuk menyiapkan beberapa kudapan untuk mereka sementara Bram menarik kursi untuk duduk.

"Apa yang nggak kamu ngerti?" tanya Nana langsung. Sepertinya cewek ini ingin segera pergi dari hadapannya.

Bram mengangkat bahu, "semuanya?"

"Semua-?" Nana terlihat menahan kejengkelannya. "Oke, mana bukumu?"

Bram membuka buku yang terlihat masih mulus itu di meja.

"Mulai dari pengikhtisaran saja," ucap Nana, menunjuk satu bagian dari buku itu. "Coba baca soal ini. Diketahui persediaan barang awal 2 juta, persediaan barang akhir 4 juta. Yang ditanyakan jurnal penyesuaian untuk persediaan barang awal, dengan menggunakan ikhtisar laba rugi."

"Gampang!" Bram langsung menyahut. "Persediaan barangnya 2 juta. Ikhtisar laba rugi, laba 2 juta. Emangnya ini benar-benar pelajaran kelas dua belas?" ia mencibir.

Nana melongo, "itu... dapet dari mana?"

"Ini, kan!" bram menunjuk dengan jarinya. "Barang awal 2 juta, akhir 4 juta. Ada penambahan 2 juta, kan? Laba dong! Jawabannya A!"

Nana menggeleng frustasi, "kamu dengerin penjelasanku dulu."

"Emangnya salah?"

"Dengerin dulu," ucap Nana tak sabar. "Cara menghitung persediaan dagang ada dua cara. Ikhtisar Laba Rugi dan HPP atau harga pokok produksi. Persediaan barang dagangan awal berarti ini," Nana mencoret angka 2 juta. "Ini yang kita hapus karena menjadi asset kita. Jadi, kredit 2 juta. Nah, jawabanya jadinya D. Persediaan barang dagang 2 juta debet, Ikhtisar laba rugi 2 juta kredit,"

Bram menatap Nana dengan kepala yang seakan berputar. Di wajahnya jelas sekali pertanyaan, "kok bisa?"

Gadis itu sudah berusaha menjelaskan selama lebih dari lima menit, tapi ia sama sekali tidak bisa menangkap apa yang dimaksud. Nana membalik halaman buku dan menjelaskan persoalan yang lain. "Kayaknya mulai dari awal dulu. Ini yang paling gampang. Mencatat persediaan barang dagang dengan metode pencatatan periodik."

Bram berusaha mendengarkan dengan serius, tapi harus rambut Nana benar-benar mengacaukan konsentrasinya. Baunya seperti mint. Entah shampoo apa yang ia pakai.

Setelah setengah jam, dan berkali-kali mendapati Bram malah melamun, Nana menyerah. "Kita istirahat dulu."

"Istirahat?" Bram terlihat histeris lalu terkikik dalam hati. Lain kali aku benar-benar harus mencoba akting. Di rumah ini, kemampuanku semakin terasah, pikirnya sementara wajahnya tetap dipasang dengan mode kaku lengkap dengan dahi berkerut. "Pak Wahyu itu bakal ngasih ulangan lagi minggu depan. Kamu malah udah nyerah?"

Nana menatap tajam. "Pak Wahyu nggak tahu kamu sebebal ini. Kalau nggak mau istirahat, minta Pak Wahyu aja yang ngajar kamu."

"Mungkin gurunya yang kurang pinter!" Bram membalikkan ucapan Nana.

Cewek itu mencibir dengan sengit. Terlihat hendak mengatakan sesuatu namun ditahannya.

"Eh, mau ke mana?" Bram kaget melihat Nana langsung beranjak berdiri. "Mungkin bukan aku atau kamu! Mungkin suasananya yang kurang mendukung!" Bram sendiri tidak tahu kenapa ia merasa tidak rela melihat cewek itu begitu cepat meninggalkannya. "Atau kita butuh Lagu! Katanya lagu bisa bantu nambah kemampuan otak! Na! Nana!"

Cewek itu sama sekali tidak menoleh.

JacksonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang