13.2

2.1K 224 17
                                    



Satu hal Bram lupakan dari camping adalah jerit malam. Cowok ini bisa merasakan jantungnya hampir terjatuh ketika mendengar pengumumam pelaksanaan jerit malam beberapa jam yang lalu. Dan saat ini, ia sedang menunggu giliran untuk masuk ke jalan setapak di depannya—tempat penyiksaan dimulai.

Bram menelan ludah ketika namanya dipanggil. Setiap orang akan berjalan sendirian ke hutan, menemukan pos satu sampai 10, dan akhirnya kembali ke regunya. Terdengar mudah. Kalau saat ini ia adalah Jackson, ia pasti menengadahkan kepalanya dan berjalan dengan dada terbusung. Tidak ada yang boleh tahu kalau dia takut. Tapi sekarang, dia adalah Bram. Dan Bram berhak takut.

Bram menoleh ke arah Nana yang sedang mengabsen regu cewek yang akan masuk 10 menit setelah Bram. Cewek itu merasakan pandangan Bram dan mendongakkan wajahnya. Tatapan mereka bertemu sedetik, lalu Bram buru-buru membuang muka. Meski seorang Bram berhak merasa takut, tapi ia tidak boleh menunjukkan kelemahannya pada Nana.

Dengan kaki lemas, Bram mulai menyusuri jalan setapak yang membawanya ke tengah hutan.

Setelah beberapa menit, Bram menoleh ke belakang. Keramaian anggota pramuka lain sudah hilang dari pandangan matanya. Hening. Ia hanya mendengar suara dahan pohon ditiup angin.

Bram bergidik sendiri. BErbagai pemikiran mengerikan muncul di kepalanya.

Hantu.

Pocong.

Kuntil anak.

Ia sendiri tahu ada beberapa kakak senior yang pasti berpura-pura jadi hantu untuk menakut-nakutinya. Beberapa cerita tentang kegiatan pramuka yang dulu pernah ia dengar tapi tidak ia pedulikan, menyeruak di kepalanya.

"Mereka manusia... manusia..." Bram bergumam, menyemangati dirinya sendiri. Toh sebenarnya ini bukan pertama kalinya Bram pergi ke tempat ini.

Setiap kelas di SMA Masehi pasti pernah ke area tempat ini. Selain camping ground, tempat ini juga menyediakan vila yang setiap tahunnya akan dipenuhi siswa siswi untuk acara wajib kelas.

Sesaat kemudian, ia sampai di pos 1 yang ternyata tidak terlalu jauh. Bram diharuskan menjawab sebuah pertanyaan: siapa bapak pramuka dunia.

Salah satu teman Nana itu memberikan stiker di buku, tanda bahwa ia sudah menjawab dengan benar di pos pertama. Perjalanan berikutnya, Bram yakin tantangannya akan lebih susah.

"Hello..."

Setelah beberapa saat sendirian di perjalanan menuju pos berikutnya, tiba-tiba Bram mengangkat suaranya, mulai menyanyi. "It's me..." lanjutnya lagi dengan pelan.

Oke, perasaannya menjadi lebih baik. Setidaknya perjalanannya jadi tidak terlalu menakutkan.

"I was wondering if after all these years you'd like to meet." Bram menjadi lebih lantang menyanyikan lagu Adelle.

Saat menyampai reff, cowok ini sudah menjadi bersemangat. Ia bahkan ikut menggerakkan badannya sesuai irama. "Hello from the other side."

"HALO?!"

Bram membeku. Ia baru saja mendengar seseorang... atau sesuatu menjawabnya. Ia kan hanya menyanyikan lagu Adelle, bukannya benar-benar ingin mendapatkan sapaan dari dunia lain.

Badan Bram meremang.

"HALO?"

Sial. Ia benar-benar mendengar suara itu. Cowok ini belum beranjak dari tempatnya. Ia tidak tahu bagaimana caranya menggerakkan badannya yang seakan terkunci.

"HALO? Ada orang? Aku Tami..."

Seketika, Bram merasakan kunci di tubuhnya terbuka. "Tami? TATAMI?" serunya, segera mencari sumber suara.

JacksonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang